Siapa sih yang doyan aroma buah nangka?
Pasti banyak yang suka dong. Tapi hati-hati pilih nangka. Karena buah nangka, ada yang tampak luarnya bagus dan aromanya wangi. Hanya sayang, dalamnya banyak yang busuk.
Tapi ada juga buah nangka yang tampak luarnya biasa saja, kadang kulitnya pun sedikit busuk. Tapi buah dalamnya enak banget. Biar aromanya sedikit wangi tapi memuaskan bagi yang memakannya. Itulah buah nangka. Kadang ada yang bagus di luar, jelek di dalam. Atau sebaliknya, luarnya gak bagus tapi dalamnya nikmat luar biasa.
Buah nangka itu enak, bahkan legit. Karena saat menanamnya selalu dijaga dan dirawat. Nangka, saat muda bisa dibuat sayur asem atau rujak. Saat setengah matang pun bisa dibikin gudeg. Apalagi saat tua dan matang, wow, aroma dan rasanya juara. Maka wajar, buah nangka tergolong punya banyak manfaat. Dari muda hingga tuanya.
Buah nangka itu makin dirawat pasti enak. Jangankan aromanya, rasa buahnya pun tiada tara dan sulit dilupakan. Tapi sebaliknya, buah nangka bila tidak dirawat, pun tudak enak. Kadang hanya menang aromanya saja. Tapi tidak akan ada rasanya. Selera untuk menikmatinya pun punah. Maklum, karena busuk di dalamnya.
Persis seperti buah nangka. Hidup manusia juga kayak gitu.Â
Kehidupan berbangsa, bernegara pun harus dirawat. Negara kayak Indonesia pun harus dijaga. Biar lebih banyak faedahnya daripada mudaratnya.
Bila rakyatnya ingin dijaga eksistensinya, maka negara pun sama. Negara juga pengen dijaga eksistensinya. Jangan dirongorong melulu, dicari-cari kurangnya terus. Emang ada negara yang gak ada kurangnya?Â
Negara mana pun, bila gak dijaga dan dirawat. Sudah pasti rusak bahkan punah. Maka bernegara pun butuh akhlak rakyatnya. Â Karena bila tidak, seperti nangka, akhirnya yang didapat hanya tampilan luarnya saja. Tapi busuk di dalamnya.
Mungkin karena saking banyaknya kebencian dan hujatan yang tiada henti. Buah nangka juga kalua banyak disumpahin, sulit berbuah kan.
Katanya tidak ada manusia yang sempurna. Apalagi negara yang pulanya banyak, apalagi rakyatnya bermacam-macam modelnya. Maka bernegara yang baik pun butuh akhlak. Agar tetap terjaga dan terawat. Bukan malah sebaliknya.
Katanya, "khairunnaas anfa'uhum linnaas." Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya untuk orang lain. Seperti buah nangka, begitulah seharusnya manusia. Â Karena hakikatnya, hidup itu adalah untuk sebanyak-banyaknya memberi, bukan menerima apalagi menuntut.
Maka seperti lagi makan buah nangka. Harus hati-hati. Harus lebih selektif memilih informasi bahkan berita. Dan paling penting, jangan dipukul rata semuanya. Bila gak suka di satu sisi, kan bukan berarti semuanya gak disuka.
Namanya juga hidup. Kadang ada pahit ada manis, kadang suka kadang tidak suka. Itu semua biasa. Kan semua yang terjadi di muka bumi pasti dalam kehendak-Nya. Iya kan ...
Maka sekali lagi hati-hati. Agar jangan semua jadi getahnya. Biarlah yang berbuat yang akan menanggung risikonya. Gak usah ikut-ikutan, apalagi bila tidak tahu banyak tentang sesuatu hal. Katanya kan "siapa yang menabur angin, pasti akan menuai badai.". Siapa yang berbuat, sudah pasti dia pula yang terkena akibat. Itulah hukum tabur-tuai.
Seperti kata pepatah, "seorang yang makan nangka, semua kena getahnya". Itu berarti, jangan karena perbuatan seseorang yang jelek. Tapi kesalahannya ditimpakan ke semua orang. Tentu, itu tidak lazim, tidak fair. Biar bagaimanapun, lebih baik nangka daripada cempedak. Maka lebih baik ada bersama daripada kebanyakan bilang tidak.Â
Ketahuilah, buah nangka itu tidak pernah benci kepada siapapun orang yang menanam, bahkan menikmatinya... Jadilah seperti buah nangka, iya nagka-tok #TGS
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H