Demi Secangkir Kopi
Bila ada makhluk di pagi hari; yang selalu mencintai pahit atas dirinya; yang rela membunuh kantuk atas matanya.
Katakan demi secangkir kopi
Harapan dan kenangan bertemu di bibir seruputan. Manis dan pahit pun bercumbu dalam peraduan. Sambil menatap gerimis tabir yang tiada akhir. Bermesraan dibtepi cangkir. Hingga memadu di langit takdir.
Demi secangkir kopi
Banyak manusia tidak lagi percaya cinta
Katanya cinta itu hebat ternyata ia tersesat
Katanya cinta itu mabuk ternyata ia tertunduk
Katanya cinta itu indah ternyata ia terpapah
Bak drama secangkir kopi; selalu terbalut dua kutub. Kadang manis kadang pahit. Kadang baik kadang buruk. Kadang senang kadang benci. Selalu berseberangan dan berbenturan. Karena kopi hanya butuh wadah, butuh cangkir.
Demi secangkir kopi
Biarkan mereka tetap jadi pemenang. Abaikan mereka tetap jadi pecundang. Karena pada secangkir kopi, semuanya bertemu dalam kehangatan.
Pada secangkir kopi
Ada goretan pesan. Bahwa cara terbaik merayakan kesepian dan keramaian tetaplah sama. Yaitu, tetap berpijak di bumi dan jangan menganggap lebih tunggal dari Tuhannya.
Kini aku, demi secangkir kopi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H