Banyak orang tua "memaksa" mengisi kepala anaknya. Hingga lupa mendidik akhlaknya.
Anak-anak sering kali "dipaksa" untuk mendapat nilai sempurna. Tapi di saat yang sama, mereka diabaikan mentalitasnya. Anak disuruh sekolah yang rajin, ikut les. Tambah lagi privat di rumah. Sementara emosional dan spiritualnya kosong. Kasihan ya anak-anak.
Memang edan. Hidup di zaman edan. Pendidikan tidak lagi  merdeka. Belajar bukan atas "kerelaan". Tapi atas paksaan. Orang dewasa yang "memaksa" anak-anak. Sungguh bisa jadi, anak-anak itu di bawah tekanan orang tua dan guru sekalipun.
Terlalu memaksa.
Hidup di zaman now, memang harus siap "dipaksa" atau "memaksa". Memaksakan kehendak kepada orang lain. Bahkan tidak sedikit orang yang "memaksa diri". Agar dibilang hebat,dibilang keren. Bahkan dibilang kaya alias borju. Hidup dalam keterpaksaan, mungkin indah di mata mereka.
Saking senangnya memaksa.
Tidak sedikit orang yang memaksakan keyakinannya pada orang lain. Semuanya harus berprinsip sama. Agak aneh. Bila tidak bisa sama, kenapa memaksa untuk tidak boleh beda?
Memaksakan diri. Hidup tidak lagi berdasar kemampuan. Tapi berlandaskan kemauan. Terlalu memaksa akhirnya jadi merana. Seperti kaum jomblo yang terus memaksakan cintakan. Hingga akhirnya terluka ...
Memaksa, itulah yang terjadi di zaman now.
Banyak orang bekerja keras siang malam. Untuk memperoleh uang. Tapi di saat yang sama, mereka gagak "memaksakan diri" untuk menabung. Wajar bila hidupnya "lebih besar pasak daripada tiang".
Kenapa harus memaksa? Bila hidup di dunia cuma sebentar saja. Apalagi yang perlu dipaksa. Selain ibadah untuk mempersiapkan bekal "pulang". Toh, sehebat apapun sekaya apapun ujung-ujungnya berakhir di kuburan. Jadi, tidak usah memaksa. Apalagi memaksakan kehendak, memaksa orang lain untuk bertindak seperti yang kita mau.