Adalah fakta, 73 dari 100 orang pensiunan di Indonesia saat ini hidupnya bergantung kepada orang lain. Bisa anak-anaknya, bisa keluarganya. Hal ini terjadi semata-mata karena para pensiunan "tidak punya dana" yang cukup untuk membiayai kebutuhan sehari-harinya.
Mereka "tidak berhasil" dalam menyiapkan ketersediaaan dana untuk masa pensiun. Mungkin bila ditanya, mereka pun menyesal tidak menabung untuk program pensiun di saat bekerja.
86% generasi milenial tidak punya program pensiun, kok bisa?
Karena generasi milenial lebih doytan pada gaya hidup. Nongkrong di kafe, no life no gadget, fashionable. Hidupnya serba konsumtif bahkan cenderung hedonis.Â
Sebuah konsekuensi mahal dari gaya hidup yang serba cepat dan instan. Maka dalam kondisi ini, edukasi pentingnya dana pensiun harus lebih aktif dan masif dilakukan untuk generasi milenial.
Mungkin, generasi milenial merasa sudah punya JHT dari BPJS atau Jaminan Pensiun (JP).
BPJS Ketenagakerjaan itu program wajib. Namun nilainya tidak cukup karena hanya bersifat dasar. Karena program wajib hanya memenuhi 30% dari tingkat penghasilan pensiun (TPP) seseorang.
TPP itu bila milenial bergaji Rp. 10 juta ketika pensiun. Maka si milenial butuh Rp. 7-8 juta per bulan. Agar bisa membiayai kebutuhan hidup sehari-hari. Sementara program wajib, diperkirakan hanya bisa meng-cover Rp. 3 juta saja. Lalu, dari mana sisa dana yang dibutuhkan milenial di masa pensiun?
Kerja oke tapi pensiun belum tentu oke, begitu kira-kira spirit generasi milenial.Â
Lebih baik bergaya di saat bekerja. Tapi belum tentu sejahtera di masa pensiun. Milenial hampir lupa, bahwa siapapun pasti akan berhenti bekerja. Entah, karena pensiun atau sebab lainnya. Lalu, bekal apa yang sudah disiapkan untuk masa pensiun? Lagi-lagi, mereka hanya bisa "merenung" sekarang, lalu besok menyesalinya.
Sungguh faktanya, banyak orang tidak siap pensiun. Banyak pekerja khawatir akan hari tua itu fakta. Maka kini saatnya, memulai merencanakan masa pensiun sejak dini. Mumpung belum terlambat, agar tidak menyesal di hari tua.