Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Budaya 3 Sipa dari Dusun Bengo di Desa Limapoccoe Cenrana Maros

28 Desember 2019   21:34 Diperbarui: 28 Desember 2019   21:36 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bengo hanya sebuah dusun di Desa Limapoccoe Kec. Cenrana Kab. Maros. Untuk bisa menjangkaunya, butuh waktu 2,5 dari kota Makassar.

Menyusuri jalan Poros Maros, melalui Bantimurung lalu hutan lindung berbukit kapur hingga melewati Kec. Cenrana. Bengo, adalah dusun kampung halaman saya -tempat dilahirnyakan ayah saya Ambo Lotang Yunus- 74 tahun lalu. Dusun yang berada di daerah pegunungan dan sebagian besar penduduknya bertani, berkebun, beternak dan berdagang.

Di malam hari, menuju Dusun Bengo Desa Limapoccoe Cenrana Maros sama sekali tidak mudah. Jalannya gelap karena harus melewati hutan, banyak kelokan dan kadang menanjak kadang menurun. Butuh kehati-harian dalam berkendara. Ibarat seekor laron di malam hari, harus menerjang sulitnya meraih cahaya yang dikerubung hitam malam.

Tapi setiba, di Dusun Bengi, ada realitas sosial yang bisa dipelajari. Mulai dari sikap toleransi kepada tamu atau pendatang, memelihara keharmonian daripada permusuhan, dan sikap peduli terhadap sesama. Tentu, semua ini dibangun oleh nenek moyang masyarakat Bugis Makassar beratus-ratus tahun lalu. 

Nilai kearifan lokal yang harus terus dipelihara dan dijunjung tinggi. Semua itu, berdiri di atas budaya siri', sebuah budaya yang memegang prinsip harga diri. Budaya sosial Dusun Bengo Desa Limapoccoe yang senantiasa menjaga keseimbangan satu dengan lainnya. Harga diri yang mampu mengendalikan diri dalam keseimbangan. Bila mau dihormati, maka harus menghormati orang lain. Bila mau dihargai, maka hargailah orang lain.

Menjaga kesimbangan itu penting. Dalam bermasyarakat, dalam aktivitas sosial. Bahkan seimbang dunia dan akhirat.

 

Seimbang, itulah tradisi yang dipelihara masyarakat Bugis Makassar. Karena dalam sejarahnya, orang Bugis Makassar dibekali sifat-sifat keseimbangan, yang dikenal dengan sifat "tiga sipa" yaitu sipakatau, sipakalebi, dan sipakainge. Sifat utama untuk menjaga keseimbangan pribadi.

Sifat sipakatau, sifat menghargai orang lain sebagai makhluk-Nya sperti dirinya sendiri. Maka tidaklah pantas memperlakukan orang lain di luar perlakuan yang tidak manusiawi. Orang lain harus diperlakukan seperti dirinya sendiri.

Sifat sipakalebbi, sifat memperlalukan orang lain dengan baik. Maka orang suku Bugis Makassar berkomitmen untuk memperlakukan orang lain bak menara langit. Lebih suka memuji dan melihat oeamg lain dari sisi kelebihannya. Karena mereka sadar, tiap orang punya kekurangan dan kelebihan. Tapi fokuslah pada kelebihannya. Saling menghormati di antara sesama.

Sifat sipakainge, sifat untuk saling mengingatkan satu dengan lainnya. Mengingatkan kepada siapapun. Agar dapat selalu berbuat baik, sesuai norma sosial, etika, dan aturan yang seharusnya. Bahkan menjunjung tinggi adat-istiadat. Kritik yang bersifat membangun sama sekali tidak tabu dalam budaya masyarakat Bugis Makassar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun