Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dialog Anak Gadis dan Ayahnya di MRT

17 Desember 2019   07:49 Diperbarui: 17 Desember 2019   07:58 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Zaman now, banyak orang mengeluh dalam hidup. Apa saja dikeluhkan. Seakan lupa syukur. Itu bukan karena capek. Tapi karena kurang dialog. Lalu mereka lupa. Bahwa hidup itu memang harus berjuang. Berjuang untuk untuk kehidupan yang lebih baik. Bukan di dunia, tapi sesudah di dunia. Di alam yang gak fana...

Dialog gadis kecil dengan ayahnya. Di perjalanan moda MRT. Seketika, sang Ayah mengenggam kepala anaknya. Menciumnya sambil tersenyum. Tanda cinta sekalipun tanpa gemuruh.

"Nak, tetaplah jadi dirimu seperti perjalanan kita. Kebaikan itu sederhana Nak, asal kamu mau melakukannya. Karena kebaikan itu tak berbatas. Ia mudah muncul, kapanpun dan dimanapun. Asal kamu mau melakukannya. Itulah kebaikan"

"Kamu Nak, jadilah pribadi yang baik. Pribadi yang selalu bersyukur atas setiap keadaan diri kamu. Pelajaran susah atau pelajaran gampang, kamu harus hadapi dengan baik. Itu sudah kebaikan"

Mungkin, banyak orang sudah lupa. Dialog itu cara sederhana untuk mencairkan suasana. Bahkan untuk mengisi waktu luang sekalipun. Ibarat menonton film. Kadang, daya tarik film itu bukan berasal dari pemainnya, alur cerita, atau artistiknya. Tapi justru karena dialog-dialognya yang mengena. Pas untuk keadaan hati penontonnya. Pesannya merasuk kalbu. Persis seperti rasa yang sedang terbenam di diri si penonton.

Dialog itulah yang membuat seseorang senang dan terkesima pada seseorang. Maka berdialog-lah, selagi masih bisa. Dan yang penting, dialog yang positif itu lebih penting lima kali lipat daripada dialog yang negatif. Dialog yang menyehatkan.

Dialog gadis kecil dengan ayahnya. Tentu gak ada yang istimewa. Tapi penting dikisahkan. Tanda hidupnya tradisi dialog, kebiasaan berbicara dalam setiap kondisi dan keadaan. Karena siapapun tanpa dialog, berarti dia mati.

Dari dialog, manusia diingatkan. Bahwa manusia diberi kaki yang kuat, itu untuk melangkah ke tempat ilmu dan amal. Diberi jemari tangan yang lentik, itu untuk menghitung berapa banyak kebaikan yang sudah ditebarkan. Diberi bibir yang menarik, itu untuk ber-ucap perkataan yang baik.

Lalu, diberi pipi yang lesung, itu untuk menebar senyum yang ikhlas kepada siapapun. Diberi mata yang menawan, itu untuk selalu melihat kebaikan pada orang lain. Diberi tubuh yang sempurna, itu untuk menyisihkan rezeki kepada orang yang kurang mampu. Bahkan diberi wajah yang bercahaya, itu untuk membersihkan kotornya batin dalam diri.

dokpri
dokpri
Karena saat dialog, di situ ada nasehat. Hidup itu pasti ada ujian, ada cobaan. Tinggal kita yang menyikapinya, mau menjadikan hidup kita "lebih baik" atau "lebih pedih". Karena setiap masalah punya dua kebisaan. Bisa "menguatkan" atau bisa "menghancurkan".

Maka Nak, pilihan itu ada pada kamu. Kamu yang pilih mau jadi pemenang atau pecundang.

Maka, berjuanglah kamu untuk menjadi lebih baik. Menjadikan hati yang baik, bukan wajah yang indah. Karena hal-hal yang indah tidak selalu baik, tapi hal-hal yang baik akan selalu indah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun