Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 49 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Remehkan Siapapun, Bak Ikan Besar di Kolam Kecil

13 Desember 2019   11:33 Diperbarui: 13 Desember 2019   15:14 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekarang ini makin banyak orang yang seperti "ikan besar di kolam kecil". Itu cuma simbol buat mereka yang "merasa paling kuat, padahal ia sangat kecil jika dibawa pada kolam samudera yang luas". Refleksi buat mereka yang suka meremehkan, merendahkan orang lain.

Gak tau kenapa, kita sering lupa.

Satu pohon itu bisa dipakai untuk membuat jutaan batang korek api. Tapi satu batang korek api juga dapat membakar jutaan pohon. Maka wajar, satu pikiran negatif juga terlalu mudah untuk membakar jutaan pikiran positif yang kita punya.
Semua manusia di belahan dunia manapun sepakat. Korek api itu punya kepala tapi gak punya otak. Maka tiap kali ada gesekan kecil, sang korek api langsung terbakar, lalu membakar. Terus kenapa, kita berbuat sebaliknya?

Lha, terus kenapa banyak orang banyak jadi kayak korek api?

Kita dan manusia lain kan punya kepala, punya otak, juga punya akal sehat. Terus kalo cuma karena gesekan kecil, beda pendapat beda pilihan, kenapa harus terbakar? Kenapa harus marah dan mencaci maki? Welah dalahh ....

Kita semua tahu kan...

Ketika burung hidup, ia makan semut. Ketika burung mati, semut makan burung.

Ini pesan buat sesama. Jangan remehkan siapapun.

Karena waktu terus berputar, zaman pun bergerak. Siklus kehidupan tiap orang terus berlanjut. Gak ada yang stag, berhenti .... Semua berputar, sesuai takdir-Nya.

Gak usah remehkan siapapun, jangan merendahkan siapapun dalam hidup. BUKAN karena siapa mereka, tapi karena siapa diri kita?

Kita memang boleh berkuasa, atau merasa berkuasa. Tapi WAKTU sungguh lebih berkuasa daripada kita.

Waktu kita sakit, kita baru tahu bahwa sehat itu sangat penting jauh melebihi HARTA. Waktu kita tua, kita baru tahu bahwa muda itu sangat penting karena masih banyak yang belum dikerjakan.

Dan, setelah di ambang ajal, kita pun baru tahu ternyata begitu banyak waktu yang terbuang sia-sia.

Hidup itu gak lama Sob. Jadi gak usah remehkan siapapun. Gak usah banyak menyindir, atau menghasut orang. Apalagi memprovokasi. Kalo kata Si Kuple, dunia elo ya dunia elo, dunia gue ya dunia gue..."

Maka, sudah saatnya kita bersama-sama membuat HIDUP LEBIH BERHARGA. Saling menghargai, saling menghormati.  Kalo perlu saling membantu dan memberi, saling mendukung satu sama lainnya.

Kita itu sudah cukup. Asal bisa jadi teman yang tanpa pamrih, tanpa syarat.

Sederhana aja.

"Jadilah yang terhebat, tapi jangan pernah meremehkan yang terlemah sekalipun". Salam ciamikk selalu !! #TGS #LiterasiKehidupan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun