Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tips Mendirikan Taman Bacaan di Rumah ala TBM Lentera Pustaka

8 Desember 2019   22:47 Diperbarui: 8 Desember 2019   23:33 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan modal seadanya, mulailah disiapkan taman bacaan. Tanpa disangka, bantuan rekan-rekan yang peduli pun mengalir. Mulai dari donasi buku bacaan, bantuan dana untuk fasilitas taman bacaan, hingga perlengkapan taman bacaan. Tanggal 5 November 2017 pun TBM Lentera Pustaka diresmikan oleh Camat Tamansari, Prof. Dr. Sofyan Hanif (Warek 3 UNJ), Khatibul Umam (Anggota DPR), dan Dr. Liliana Muliastuti (Dekan FPBS UNJ).

Awal berdiri, hanya 18 anak yang mau bergabung untuk membaca tiap Rabu-Jumat-Minggu. Buku yang tersedia pun hanya 700 buku bacaan. Dan kini setelah 2 tahun berjalan, TBM Lentera Pustaka telah memiliki 62 anak pembaca aktif, yang rutin membaca 3 kali seminggu dengan koleksi buku lebih dari 3.000 buku. Dan kini, anak-anak yang terancam putus sekolah pun berubah menjadi anak-anak yang giat membaca buku. Anak-anak yang "haus" buku bacaan baru.

"Saya berpikir sederhana. Buku dan bacaan diharapkan bisa mengubah mind set akan pentingnya sekolah dan belajar. Agar angka putus sekolah bisa ditekan. Karena saya tidak punya uang banyak untuk menyekolahkan mereka. Maka saya memilih mendirikan taman bacaan. Agar tidak ada lagi anak yang putus sekolah, di samping membangun tradisi baca anak-anak" ujar Syarifudin Yunus yang kini tekun sebagai pegiat literasi.

DOKPRI
DOKPRI
Semua Pihak Harus Peduli Tradisi Membaca

Maka ke depan, tradisi baca dan budaya literasi sudah pasti hanya bisa tegak bila didukung oleh banyak pihak; aparatur, masyarakat, kaum yang peduli atau relawan, donatur, dan korporasi. Semua pihak harus peduli tradisi baca dan budaya literasi. Karena kepedulian sosial bukanlah sekadar niat baik tapi harus diwujudkan dalam aksi nyata, perilaku nyata untuk terjun langsung ke lapangan secara konsisten.

Di TBM Lentera Pustaka, dari garasi rumah hingga hidupkan tradisi baca anak-anak di Kaki Gunung Salak Bogor. Memang belum usai dan akan terus berlangsung. Agar menjadi "legacy -- warisan" bagi umat. Dan kini TBM Lentera Pustaka pun mulai merambah ke aktivitas sosial yang lebih besar, menyiapkan kreasi dan inovasi baru sebagai bagian untuk pengembangan taman bacaan. Agar dapat mengundang daya tarik anak-anak untuk makin rajin dalam membaca.

Beberapa program TBM Lentera Pustaka yang telah disiapkan antara lain: 1) Penyelenggaraan "Gerakan BERantas Buta aksaRA (GEBER BURA)" bagi ibu-ibu dan bapak-bapak yang buta huruf sebagai bagian gerakan pemberantasan buta huruf, 2) Implementasi "Wisata Literasi lentera Pustaka Gn. Salak"sebagai wisata edukasi alternatif yang berbasis membaca buku sambil menyusuri sungai dan kebun di alam terbuka dengan spot-spot foto yang menarik sambil berlatih cara mudah memahami isi bacaan melalui teknik metaforma, dan 3) Edukasi Literasi Finansial (EDULIF) sebagai bentuk program edukasi literasi keuangan anak-anak setiap bulan. Agar anak-anak mampu mengenal dan mengelola uang secara sederhana, membelanjakan uang berdasarkan "kebutuhan" bukan "keinginan".

"Taman bacaan masyarakat adalah momentum semua pihak untuk ikut berbuat menyiapkan masa depan anak-anak yang lebih baik dari orang tuanya. Maka, semua pihak harus turun tangan dan terlibat. Agar niat baik segera berubah jadi aksi nyata" tambah Syarifudin Yunus.

Jangan bilang kita cinta anak, bila tidak ada aksi nyata. Karena cinta bukan hanya serpihan ludah yang terpancar dari lisan semata. Tapi cinta itu tentang pengabdian dan kepedulian yang tertumpahkan tanpa henti sepanjang masa. Agar anak-anak tetap mau membaca buku.

Maka siapapun, jangan pernah menyerah mengelola taman bacaan masyarakat. Karena selalu ada cara yang kreatif dan inovatif untuk menjadikan taman bacaan masyarakat agar lebih asyik dan menyenangkan. Berbekal spirit itulah, sikap optimis untuk membangun tradisi baca dan budaya literasi anak-anak akan menjadi kenyataan... salam literasi #TBMLenteraPustaka #BudayaLiterasi #PegiatLiterasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun