Maka berpuisilah dalam hidup.
Seperti memainkan alunan dalam hidup. Ada alunan pelan, ada pula alunan kencang. Karena alunan puisi tak harus kamu mengerti, seperti penggalan hidup yang kadang sulit dimengerti. Berpuisilah dalam hidup. Agar runtuh dinding kesombongan dalam hatimu. Agar basah ladang hatimu yang gersang. Pun agar musnah titik kemunafikanmu yang masih tersisa.
Berpuisilah dalam hidup.
Biarkan sepatah kata tak bersuara membenam dalam dirimu. Biarkan malam menjelma menjadi nyanyian jiwa. Biarkan semenit sang waktu bersemayam dalam kalbu. Hingga muncul sekilas pandang, sepatah kata, sekecup ciuman. Di keningmu ....
Berpuisilah dalam hidup. Maka aku dan kamu pun tersadar. Bahwa "beribu kata mutiara pun mampu dikalahkan oleh satu aksi nyata".
Berpuisilah dalam hidup.
Kamu berhak memasuki dunia keindahanmu sendiri. Keindahan yang kamu ciptakan sendiri, bukan keindahan milik orang lain. Berpuisilah dalam hidup. Karena puisi hidupmu selalu berkata, "Jangan sesali sesuatu yang telah berakhir meskipun itu baik. Karena tanpa akhir, kamu tak akan pernah mendapat awal yang lebih baik."
Karena puisi selalu berkata, setinggi dan sehebat apapun kamu. Pasti akan sulit melangkah jika hatimu penuh kerapuhan. ...
Berpuisilah dalam hidup. Sebelum sujud terakhirmu tiba. Sebelum kamu menghirup nafas terakhirmu.... #berpuisilahdalamhidup
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H