"Saat ini, literasi media sosial menjadi penting untuk menggeser penggunaan media sosial tidak lagi sebagai media untuk ekspresi atau eksistensi. Tapi menjadi sarana edukasi. Maka konten media sosial harus didorong ke arah konten yang positif dan bermanfaat" ujar Syarifudin Yunus yang berprofesi sebagai Dosen Universitas Indraprasta PGRI sekaligus Pendiri TBM Lentera Pustaka.
Bijak ber-media sosial butuh kehati-hatian. Sehingga unggahan yang dilakukan tidak menimbulkan keributan atau memperkeruh keadaan.Karena sejatinya, media sosial ada dan digunakan untuk menciptakan keadaan dan lingkungan sosial yang lebih baik.
Apalagi dengan kondisi saat ini, tidak kurang dari 5,5 jam sehari orang Indonesia berselenacar di media sosial atau dunia maya. Maka setiap unggahan atau postingan di media sosial harus mempertimbangkan hal-hal, seperti: 1) dampak dari unggahan atau postingan, 2) reaksi pembaca medsos, 3) hindari emosi dan sentimen, dan 4) tetap bersikap empati dan hati-hati.
Maka cara untuk meningkatkan literasi media sosial cukup sederhana. Sesuai prinsip komunikasi atau informasi, pengguna media sosial harus memperhatikan 3 (tiga) hal yaitu 1) mengecek SUMBER informasinya valid atau tidak, 2) menilai PESAN-nya bermanfaat atau tidak, dan 3) memastikan TUJUAN-nya, penting atau tidak -- baik atau tidak.
Oleh karena itu, Syarifudin Yunus, menegaskan literasi media sosial menjadi penting untuk diprioritaskan di era digital. Agar kehidupan masyarakat dan lingkungan sosial tidak terkoyak akibat "salah pakai" media sosial. Cara sederhana untuk bijak ber-media sosial, antara lain: 1) hindari konten negatif, 2) kedepankan akhlak daripada akal semata, 3) perhatikan etika media sosial, dan 4) mulai bijak ber-media sosial dari diri sendiri. Jangan melarang orang lain bila diri sendiri belum bijak ber-media sosial.
Titik krusial dari literasi media sosial adalah "saring sebelum sharing; gunting sebelum posting". Agar tidak menambah masalah akibat unggahan di media sosial. Maka ke depan, untuk menata media sosial di Indonesia harus diprioritaskan "spirit baru" media sosial yang 1) kontennya positif, 2) sifatnya edukatif, dan 3) manfaatnya baik. Dan yang paling penting "tetap memelihara harmoni sosial, sebagai bangsa Indonesia".
Bila dulu ada pepatah "mulutumu harimaumu" maka di media sosial "jarimu harimaumu". Maka, bijaklah ber-media sosial ... #LiterasiMediaSosial #MediaSosial
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H