Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kebakaran Hutan di Mata Orang-orang Lebay

17 September 2019   05:41 Diperbarui: 17 September 2019   11:04 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang-Orang Lebay itu hidupnya dalam mimpi.

Jujur, agak males menulis soal ginian. Takut dibilang lebay. Itu lho soal "Kebakaran Hutan".

Kebakaran hutan itu fakta. Harusnya kalo peduli ya ditolongin. Pergi ke sana, siram dan matiin apinya. Beres. Jangan digoreng-goreng. Kalo gak bisa bantu, doain yang baik biar aparat di sana bisa segera selesaikan itu musibah. Semua juga prihatin, siapapun peduli. Emang ada, orang atau negara yang niat bakar hutannya sendiri?

Soal kebakaran hutan, buat saya itu sederhana. Siapa yang bakar? Kak tahu terbakar, waktu sedikit kenapa gak dimatiin? Bila harus ditindak, siapa orangnya? Terus kalo udah begini, siapa yang mau disalahin?

Jujur lagu, karena saya gak mampu ke sana. Ya udah, cukup saya doakan saja. Tapi kalo mau bantu, ya berangkat ke sana. Matiin api itu biar gak kebakaran lagi. Perang lawan api, jangan perang menyalahkan orang lain.

Jadi makin males nulis beginian. Berkedok kepedulian, tapi gak mampu selesaikan masalah. Pengen api cepat mati, perasaan prihatin. Tapi cara dan omongannya justru menambah kisruh. Dilebih-lebihkan. Itu namanya Lebay.

Persis, seperti orang denger lagu pop, tapi jogetnya heboh kayak dangdut. sebut saja, orang-orang lebay. Cuma gak bisa jajan, bilangnya paling miskin sedunia. Cuma keserempet sepeda, bilangnya "keserempet motor".

Pantes sekarang ini, banyak anak kecil kalo ngomong kayak orang dewasa. Dan sebaliknya, banyak orang dewasa kalo celoteh kayak anak kecil. Ya begitulah, lebay.

Lebay itu artinya melebih-lebihkan; dibesar-besarkan. Lebay, itu bukan kata baku dalam bahasa Indonesia. Kalo di "kitab gaul", lebay itu berarti "terlalu berlebihan", melebih-lebihkan sesuatu dengan tidak sewajarnya. Istilah "lebay" ini muncul sekitar tahun 2006-an. Dan gak tahu kenapa? Sekarang ini kok ya, malah makin banyak aja orang-orang lebay; orang-orang yang berlebihan.
Bukan lebay tapi peduli. Dalam bahasa Indonesia, PEDULI itu artinya mengindahkan; memperhatikan; menghiraukan. Orang tidak "peduli" itu saat kita asyik memperkaya diri tapi orang lain yang menderita.

Jadi, kalo peduli kebakaran hutan, cukup kasih perhatian lalu doakan yang baik. Kalo mampu, berbuat dan terjun langsung. Itu baru PEDULI. Kalo gak mampu ya sudah. Gak perlu dilebih-lebihkan.

Maaf aja, sebagai orang kampung.
Saya mah mendingan mengajak anak-anak rajin baca. Ajarin ibu-ibu yang buta aksara. Atau ngaji bareng anak-anak yatim. Saya kerjakan yang bisa saya lakukan. Tapi saya percayakan urusan lain ke yang mampu mengerjakan. Biar gak lebay.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun