Orang-Orang Lebay itu hidupnya dalam mimpi.
Jujur, agak males menulis soal ginian. Takut dibilang lebay. Itu lho soal "Kebakaran Hutan".
Kebakaran hutan itu fakta. Harusnya kalo peduli ya ditolongin. Pergi ke sana, siram dan matiin apinya. Beres. Jangan digoreng-goreng. Kalo gak bisa bantu, doain yang baik biar aparat di sana bisa segera selesaikan itu musibah. Semua juga prihatin, siapapun peduli. Emang ada, orang atau negara yang niat bakar hutannya sendiri?
Soal kebakaran hutan, buat saya itu sederhana. Siapa yang bakar? Kak tahu terbakar, waktu sedikit kenapa gak dimatiin? Bila harus ditindak, siapa orangnya? Terus kalo udah begini, siapa yang mau disalahin?
Jujur lagu, karena saya gak mampu ke sana. Ya udah, cukup saya doakan saja. Tapi kalo mau bantu, ya berangkat ke sana. Matiin api itu biar gak kebakaran lagi. Perang lawan api, jangan perang menyalahkan orang lain.
Jadi makin males nulis beginian. Berkedok kepedulian, tapi gak mampu selesaikan masalah. Pengen api cepat mati, perasaan prihatin. Tapi cara dan omongannya justru menambah kisruh. Dilebih-lebihkan. Itu namanya Lebay.
Persis, seperti orang denger lagu pop, tapi jogetnya heboh kayak dangdut. sebut saja, orang-orang lebay. Cuma gak bisa jajan, bilangnya paling miskin sedunia. Cuma keserempet sepeda, bilangnya "keserempet motor".
Pantes sekarang ini, banyak anak kecil kalo ngomong kayak orang dewasa. Dan sebaliknya, banyak orang dewasa kalo celoteh kayak anak kecil. Ya begitulah, lebay.
Lebay itu artinya melebih-lebihkan; dibesar-besarkan. Lebay, itu bukan kata baku dalam bahasa Indonesia. Kalo di "kitab gaul", lebay itu berarti "terlalu berlebihan", melebih-lebihkan sesuatu dengan tidak sewajarnya. Istilah "lebay" ini muncul sekitar tahun 2006-an. Dan gak tahu kenapa? Sekarang ini kok ya, malah makin banyak aja orang-orang lebay; orang-orang yang berlebihan.
Bukan lebay tapi peduli. Dalam bahasa Indonesia, PEDULI itu artinya mengindahkan; memperhatikan; menghiraukan. Orang tidak "peduli" itu saat kita asyik memperkaya diri tapi orang lain yang menderita.
Jadi, kalo peduli kebakaran hutan, cukup kasih perhatian lalu doakan yang baik. Kalo mampu, berbuat dan terjun langsung. Itu baru PEDULI. Kalo gak mampu ya sudah. Gak perlu dilebih-lebihkan.
Maaf aja, sebagai orang kampung.
Saya mah mendingan mengajak anak-anak rajin baca. Ajarin ibu-ibu yang buta aksara. Atau ngaji bareng anak-anak yatim. Saya kerjakan yang bisa saya lakukan. Tapi saya percayakan urusan lain ke yang mampu mengerjakan. Biar gak lebay.