Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pegiat Literasi TBM Lentera Pustaka Beri Tips di DAAI TV dan TV Parlemen

11 September 2019   09:33 Diperbarui: 11 September 2019   09:32 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Syarif secara "live" berbagi tips membangun budaya literasi. Bahwa budaya literasi bukan hanya soal membaca dan menulis. Tapi budaya literasi adalah soal cara "memahami dan memampukan" diri di berbagai situasi dan fenomena kehidupan zaman now. 

Ada kesadaran untuk paham dan mampu di segala bidang, Baik literasi politik: gimana cara menyikapi realitas politik. Literasi media sosial, literasi finansial, literasi digital, lietrasi sains, dan sebagainya.

 Oleh karena itu, sekalipun di era serba digital sekarang, tradisi baca untuk paham dan mampu harus digalakkan di masyarakat. Oleh karena itu, budaya literasi harus dijadikan perilaku bukan informasi atau pelajaran. Semua orang dan semua pihak harus berperilaku literat.

"Maka untuk membangun literasi di masyarakat. Harus dimulai dari hati, punya komitmen dan konsisten menjalaninya seperti yang saya lakukan setiap minggu untuk membimbing tradisi baca 65 anak di TBM Lentera Pustaka di Kaki Gunung Salak yang saat ini mereka rata0rata sudah membaca 5-10 buku per minggu. 

Padahal sebelumnya mereka tergolong anak-anak yang jauh dari akses bacaan. Mengajarkan literasi anak bukan dengan mulut tapi dengan hati, orang tua harus hadir di samping anak saat membaca" tambah Syarifudin Yunus yang kini tengah menempuh studi S3 - Program Doktor Manajemen Pendidikan di Universitas Pakuan Bogor.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Maka untuk menegakkan budaya literasi sekaligus tradisi baca di anak-anak dan masyarakat, sangat dibutuhkan kolaborasi dan komitmen seluruh pihak untuk "terjun langsung" ke lapangan. Ajarkan tradisi baca ke anak-anak dan berantas buta aksara. 

Karena tidak ada manusia yang berkualiat, bangsa yang maju bila tidak didukung tardsi baca dan budaya literasi yang baik. Pemerintah bersama individu yang mampu dan bisa harus peduli terhadap persoalan budaya literasi di Indonesia.

Karena budaya literasi, tradisi baca dan pemberantasan buta aksara, tanpa kepedulian hanya sebuah omong kosong. Jadikan mereka, anak-anak dan kaum buta aksara lebih berdaya dari sebelumnya, Agar tidak tergilas peradaban zaman yang serba digital, serba revolusi industri.

Maka esok, kita bukanlah atas apa yang kita banggakan, melainkan atas apa yang kita tinggalkan. Lebih baik berbuat daripada berdiam diri, itulah spiri budaya literasi di Indonesia. Seperti yang dijalani pegiat literasi TBM Lentera Pustaka; tetap mengajar anak-anak kampung untuk selalu membaca dan memberantas buta aksara.

"Barangsiapa yang memudahkan urusan saudaranya di bumi, maka Allah menyuruh penghuni langit untuk memudahkan urusan ia di dunia dan kelak di akhirat Allah akan memudahkan urusannya". (HR. Bukhori). Slaam budaya literasi Indonesia ... #TBMLenteraPustaka #GeberBura #BudayaLiterasi #HariAksaraInternasional

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun