Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tips Sederhana Orang Tua dalam Memilih Buku Bacaan Anak

3 September 2019   22:01 Diperbarui: 3 September 2019   22:25 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belakangan ini banyak event "pesta buku impor" di berbagai kota di Indonesia.

Namun pada saat yang sama, keluhan muncul dari kalangan orang tua. Karena konten buku-buku impor banyak yang ceritanya tidak sesuai dengan nilai-nilai dalam keluarga. Maka di sini ujian orang tua, mampu atau tidak lebih selektif dalam memilih buku bacaan anak?

Menarik dan patut diikuti. Majalah Wanita "KARTINI" No. 2497 edisi Agustus 2019 secara gamblang 8 halaman full mengupas tuntas. Bertajuk "Pentingnya Literasi Dalam Memilih Buku Bacaan Di Tengah Gelombang Buku Impor". Agar orang tua tidak tergoda diskon besar dan konten global dari buku impor yang dipamerkan. Tapi harus selektif dalam memilih buku bacaan untuk anak-anak.

Majalah Kartini pun mengajak pegiat literasi Indonesia, Syarifudin Yunus yang sekaligus Pendiri dan Kepala Program Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gn. Salak Bogor sebagai nara sumber soal "literasi anak" pada edisi kali ini. 

Intinya, minat baca anak Indonesia mulai bangkit seiring makin derasnya arus informasi. Terbukti setiap bazar buku murah selalu dipadati pengunjung. Anak dan orang tua rela berdesakan untuk membeli buku. "Karena itu, minta baca anak tidak akan pernah mati" ujar Syarifudin Yunus yang juga Dosen Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Indraprasta PGRI Jakarta.

Maka tips sederhana bagi orang tua dalam memilih buku anak. 

Pertama, adalah dengan metode "edutainment" agar membaca buku ditangkap sebagai kegiatan yang edukatif dan menyenangkan bagi anak. Pilihkan buku yang sesuai dengan minat anak. Lalu observasi buku yang cocok sehingga saat buku dibeli anak bisa menikmatinya. "Apapun bukunya, orang tua harus bisa mengubah pesan menjadi edukatif dan menyenangkan anak" kata pria yang disapa Syarif.

Kedua, bila orang tua tergolong sibuk akibat bekerja. Dan terbiasa menitipkan anak kepada pengasuh. Maka buku bacaan yang dipilih adalah buku-buku moralitas agar dapat menanamkan karakter anak.

"Berikanlah anak-anak, buku yang pesannnya tentang nilai moral atau karakter.Bukan buku yang ingin menjadikan anak pintar atau bertambah pengetahuan semata" tambah Syarif yang juga Alumni UNJ dan tengah studi S3 Manajemen Pendidikan di Pascasarjana Unpak Bogor.

Ketiga, dalam kaitan dengan kemajuan teknologi seperti e-book. Tidak sepenuhnya baik dan tepat untuk anak. "Karena e-book itu bisa mengganggu fokus membaca si anak. Anak malah terkesima pada teknologi bukan isi bacaan. Maka khusus anak-anak usia sekolah, membaca lebih baik konvensional. Ada bukunya, bila perlu sambil bersuara" tambah Syarif yang tiap hari Minggu mengajarkan cara membaca anak-anak di TBM Lentera Pustaka di Kaki Gunung Slaak Bogor.

Empat, perlunya hati-hati orang tua dengan konten buku tokoh fiktif dan karakter yang tidak cocok untuk kepribadian anak Indonesia. "Buku impor tidak selalu baik. Harus hati-hati orang tua. Karena buku impor biasanya 1) nilai karakter tokohnya tidak cocok, 2) memicu imajinasi anak yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia, dan 3) pesan moralnya sering bertentangan dengan agama dan budaya Indonesia" jelas Syarif lagi.

Dan kelima, demi pentingnya literasi dalam memilih buku bacaan anak. Orang tua harus terlibat aktif dan mau menemani anak saat membaca buku. Makanya biasalkan membaca bersuara bukan dalam hati. Agar orang tua tahu isi buku bacaannya. "Maka biasakan di rumah, anak membaca buku secara bersuara. Bila perlu, orang tua menjadi 'story teller' yang ikut memaknakan isi bacaan kepada anaknya" pungkas Syarif yang juga konsultan di DSS Consulting dan Ketua Bidang Humas Asosiasi DPLK Indonesia.

Di era digital, di era revolusi industri sekarang ini. Kelemahan terbesar dalam literasi anak adalah orang tua justru tidak mau lagi menemani anak saat membaca buku. Inilah titik kritis. Sehingga buku bisa jadi kontraproduktif dengan harapan orang tua.

Dan yang terpenting dalam literasi anak. Adalah kepedulian orang tua terhadap budaya literasi. Jangan anaknya disuruh baca, orang tua malah main HP .... Capek deh. 

Maka akrabkan anak kita dengan buku. Karena tanpa baca, masa depan anak merana ... Salam literasi anak #MajalahKartini #TBMLenteraPustaka #LiterasiAnak #BukuAnak #BudayaLiterasi #BacaBukanMaen

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun