Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Kenapa Belajar Jurnalistik?

2 September 2019   20:16 Diperbarui: 15 April 2021   16:48 1346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Belajar ilmu jurnalistik (Dok. Pribadi)

Betul kata Napoleon Bonaparte yang bilang "Saya lebih cemas dimusuhi empat buah koran (wartawan) daripada seribu bayonet." Itu bukan omong kosong. Itu sinyal akan pentingnya tahu dan belajar jurnalistik.

Maka dari itu, saat belajar jurnalistik. Siapapun harus sadar pentingnya nilai-nilai kehidupan. Untuk tetap independen, netral, akurat, jujur, dan benar. Nah bila sudah sadar, tuliskanlah dengan baik dan publikasikanlah. Karena ditulis tanpa dipublikasikan tidak ada guna. Menulis untuk jurnalistik adalah bukti adanya dialog ilmu dan perilaku. Agar terampil dalam jurnalistik.

Belajar jurnalistik tidak perlu diperdebatkan. Antara teori dan praktik. Tapi jauh lebih penting mencari "titik temu" antara teori dan praktik yang berbasis realitas, keadaan objektif di lapangan di medan berita.

Harmoni antara teori dan praktik jurnalistik itulah yang harus diciptakan sekarang. Itulah yang disebut sebagai Jurnalistik Terapan. Sebuah pertemuan antara teori dan praktik. Sebagai dasar belajar jurnalistik.

Buku "Jurnalistik Terapan" karya Syarifudin Yunus, dosen Universitas Indraprasta PGRI kini sudah cetakan ke-4. Sungguh layak jadi acuan bagi siapapun yang ingin mendekati jurnalistik. Sebuah cara sederhana memahami jurnalistik disajikan di buku yang telah menjadi pilihan banyak mahasiswa non-jurnalistik seantero Indonesia.  

Bila hari ini kita menjadi lebih tahu dari sebelumnya, maka itu buah perbuatan jurnalistik.

Berpihaklah pada kebenaran. Karena dalam setiap kebenaran, selalu ada telinga yang mendengar. Seperti selalu ada hati buat yang menerima cinta. Selamat belajar jurnalistik, tabik #JurnalistikTerapan #SyaraifudinYunus

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun