Zaman now itu sulit berpihak pada kebenaran. Karena semua, ada di atas kepentingan. Maka di situlah peradaban tumbang.
Bila ada ujung tombak kebenaran di era digital, bisa jadi salah satunya adalah jurnalistik.
Belajar jurnalistik itu penting. Tentu bukan untuk jadi wartawan. Apalagi mau jadi pemimpin redaksi. Tapi belajar jurnalistik, sungguh untuk tahu caranya berpihak pada kebenaran.
Karena jurnalistik yang hingga hari ini masih berani mengajarkan tentang sikap independen, berlaku netral, selalu akurat, niat jujur, dan perilakunya benar. Karena bisa jadi, hari ini susah mencari sosok atau dunia kehidupan seperti 5 prinsip jurnalistik itu.
Bisa "independen" itu susah sekarang. Ingin "netral" pun banyak godaannya. Berkata atau menulis yang "akurat" itu sulit. Mau "jujur" pun tidak mudah. Apalagi bertindak "benar" pasti bisa banyak musuhnya. Realitasnya, kata banyak orang, nyata-nyata memang susah. Tapi, jangan sampai kita tidak tahu prinsip jurnalistik yang masih sangat relevan hingga sekaran. Independen, netral, akurat, jujur, dan benar.
Karena itu, belajar jurnalistik itu penting. Karena hakikatnya, kita sedang belajar nilai-nilai yang sudah langka di era revolusi industri. Atau era digital, apapun namanya.
Bila hari ini, makin banyak orang yang berani memfitnah, menyebarkan hoaks, menghasut, memprovokasi, apalagi menebar kebencian. Sungguh, hanya karena mereka tidak pernah belajar jurnalistik. Atau setidaknya "melupakan" jurnalistik.
Jurnalistik memang dekat dengan dunia wartawan. Makanan sehari-harinya pun berita. Jurnalistik bukan hanya soal koran, majalah, radio, televisi atau media online. Sekali lagi bukan. Jurnalistik itu sebuah cara berpikir. Berpikir tentang kebenaran, berpikir tentang objektivitas.
Makanya saat meliput, wartawan harus pandai bertanya, menggali informasi, meng-investigasi atau bahkan menulis berita. Tapi itu semua hanya tuntutan keterampilan dalam menjalankan profesionalisme sebagai jurnalis. Bila masih banyak orang mau baca, mau tonton atau mau dengar. Itu semua karena jurnalistik masih jadi "lembaga" yang dianggap independen, netral, akurat, jujur, dan benar. Bertanyalah, apakah kita sekarang masih memiliki nilai-nilai jurnalistik itu?
Makanya jurnalistik hadir bukan untuk menyesatkan. Melainkan untuk memperlihatkan kebenaran. Agar publik bisa lebih berdaya, bisa bersikap atas keadaan yang terjadi. Sekalipun sebagian pihak mencapai objektivitas jurnalistik, tentu itu tidak masalah. Karena faktanya, hari ini semua dianggap berdiri di atas kepentingan. Sah-sah saja. Tapi bila kita mau belajar, apa yang diperoleh dari jurnalistik? Ya itu tadi, nilai-nilai dan keberpihakan pada yang benar.
Jurnalistik itu karya besar yang dapat mengubah nasib suatu bangsa. Jurnalistik itu mampu mengubah "orang biasa" jadi "orang tenar", dan sebaliknya "orang tenar" jadi "orang biasa". Suka tidak suka, semua itu akibat karya jurnalistik.