Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bukan Merdeka Bila...

17 Agustus 2019   09:00 Diperbarui: 17 Agustus 2019   09:08 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bukan merdeka bila memilih terpenjara pikiran dan perbuatan; bukan merdeka pula bila bernafas tanpa bersyukur; merdeka pun bukan bernyawa tapi tidak benar-benar hidup.... Merdeka itu berarti tetap membaca; membaca kehidupan ... 

MERDEKA ATAOE MATI !

Merdeka, bukanlah sebongkah batubata yang menjadi rumah hari ini

Merdeka, bukanlah sebulir nasi yang kita makan hari ini

Merdeka, bukan pula selembar uang yang ada di kantong hari ini

Merdeka, tak lagi raga tapi jiwa

MERDEKA, memang kata yang sakral bagi kita, bangsa Indonesia. MERDEKA, adalah kata yang menjadi energi kita untuk terus berjuang

Lalu, apa makna MERDEKA hari ini ?

Manusia yang MERDEKA adalah manusia yang terbebas dari rasa iri, dengki, srei, dahwen, panasten dan patiopen. Sehingga menjadi manusia yang selalu setiti, nastiti, surti dan hati-hati". 

Manusia yang MERDEKA bukan manusia yang 'hanya' mampu bersikap BAIK, juga bukan manusia yang 'hanya' mampu bersikap BIJAKSANA. Tapi manusia yang mampu bersikap BAJIKSANA. Begtu kata Ir. Soekarno, Presiden ke-1 dan pendiri bangsa Indonesia,

Tanggal 17 Agustus 2019 ini, 74 tahun sudah Indonesia MERDEKA.

Usia yang tidak lagi muda sebagai bangsa. 74 tahun, adalah usia sepuh. Sangat matang. Usia yang tidak hanya harus bijaksana, tapi juga bajiksana. Apa artinya terlahir sebagai bangsa yang merdeka bila gagal untuk memerdekakan diri sendiri; bila gagal mendidik diri sendiri.

Sekali lagi, apa makna MERDEKA itu ?

MERDEKA bukanlah kebencian, bukan pula hujatan. MERDEKA sama sekali bukan mentalitas korban, apalagi menyalahkan keadaan. MERDEKA sekali lagi bukan korupsi yang kian merajalela. 

Bukan pula ekonomi yang makin kuat. MERDEKA bukan arogansi untuk meraih kekuasaan. MERDEKA, sungguh tak membutuhkan "panggung politik" apalagi berturut kebaikan tanpa aksi nyata. Merdeka, apanya ?

MERDEKA adalah kesadaran untuk mengembalikan jiwa yang "hilang" dari diri kita. Apa yang sudah "hilang" dari bangsa sebesar Indonesia? MERDEKA adalah ketika kita dapat mengembalikan KEJUJURAN, TANGGUNG JAWAB, dan KEPEDULIAN yang telah hilang, yang makin langka di negeri ini.

JUJUR untuk berbuat yang lebih baik sebagai rakyat; sebagai pemimpin bangsa. TANGGUNG JAWAB terhadap rakyat yang masih miskin atau belum mampu hidup layak. PEDULI kepada sesama rakyat yang lain untuk saling membantu, saling asih dan asuh. MERDEKA, bila kita mampu mengembalikan jiwa yang "hilang" dari bangsa ini. Merdeka untuk memerdekakan...

MERDEKA bukanlah bebas tanpa batas. Bukan pula bertindak semau gue. Kita MERDEKA karena kita bisa lebih JUJUR, lebih TANGGUNG JAWAB, dan lebih PEDULI dalam segala bidang kehidupan yang dekat dengan kita. MERDEKA itu harus mau berbuat, mau berbakti dalam bentuk aksi nyata sekecil apapun. Itu saja cukup disebut merdeka.

Merdeka, bukan pikiran atau perasaan orang-orang yang merasa kekuarangan. Sehingga gagal berbuat untuk orang banyak. Merdeka itu keberanian untuk bertindak, berbagi, dan memberdayakan orang lain. Bukan cuma narasi atau petuah belaka. Sekecil apapun itu.

Bangsa ini dan rakyatnya sudah terlalu sibuk membangun raga dan fisik. Di saat yang sama, kita lupa membangun jiwa atau batin. Bukankah Kejujuran, tanggung jawab, dan kepedulian HANYA ada pada JIWA, bukan pada RAGA. MERDEKA-kan JIWA kita jauh lebih baik dari MERDEKA-kan RAGA kita. MERDEKA bukan RAGA tapi JIWA, begitulah seharusnya.

JIWA yang MERDEKA adalah JIWA yang NURUTI KAREPING RAHSA = JIWA yang TUNDUK KEPADA SUKMA SEJATI bukan JIWA yang NURUTI RAHSANING KAREP = JIWA yang DITAKLUKKAN OLEH RAGA.

MERDEKA JIWA itu sangat penting di zaman now. Karena JIWA adalah tempat hidupnya RAGA yang diikat oleh RASA. MERDEKA JIWA menjadikan kita sadar bahwa "hidup bukanlah segala-galanya bagi kita". Kata pepatah Jawa "urip iku paribasane mung mampir ngombe"; hidup itu ibarat numpang minum. 

MERDEKA JIWA lebih memikirkan akhir setelah hidup. Memikirkan sikap yang dilandasi KEBAIKAN dan KEPEDULIAN. Karena di dunia, kita ada untuk sebentar dan sementara saja.

Maka, sekali lagi.

Bukan merdeka bila memilih terpenjara pikiran dan perbuatan; bukan merdeka pula bila bernafas tanpa bersyukur; merdeka pun bukan bernyawa tapi tidak benar-benar hidup. Merdeka itu berarti tetap membaca; membaca kehidupan ...

Inilah momentum bangsa Indonesia untuk kembali ke JIWA, bukan ke RAGA. Bukan MERDEKA bila ... !! #74TahunRI #DirgahayuKe-74RI #HUTKe-74RI 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun