Malam ini, lokomotif yang ditumpangi si perempuan kecil terus melaju. Tanpa terasa, dua stasiun telah terlewati. Aku pun tetap asyik menyeruput kopi hitam yang mulai dingin. Namun tetap membubuhkan cita rasa dan aroma yang tak terkatakan. Karena obrolan dengan si perempuan kecil di atas kereta begitu berarti. Sebuah suguhan spesial yang pantas aku kenang hingga ia beranjak dewasa 5 atau 10 tahun lagi.
Binar mata si perempuan kecil saat menatapku. Sungguh makin luluh hatiku. Mungkin benar kata pepatah. "Anak perempuan adalah cinta sejati seorang ayah di kehidupan lampau". Ia bukan hanya amanah. Tapi ia juga "cita rasa" yang punya aroma mewangi di segala ruang, di segala waktu. Seperti kopi hitam, si perempuan kecil pun selalu menghadirkan energi yang menembus dari lidah hingga ke hati.
Suara gesekan besi rel kereta pun belum mereda. Si perempuan kecil juga belum terkantuk. Diiringi sedikit desiran angin yang terhembus di sela jendela. Si perempuan kecil tetap bergairah untuk terus ngobrol di gerbong kereta.
Maka di dalam hati, aku ingin sekali berbisik di telinga si perempuan kecil. Sambil berdoa dan berdialog lmbut kepada Allah, "tolong, jadikan ia perempuan bersahaja yang mampu meraih singgasana surga".
Si perempuan kecil pun berdiri. Mengajak kembali ke bangku kereta di gerbong 2. Sambil menuntun tangan kiriku untuk menelusuri lorong-lorong gerbong kereta. Perempuan kecil di atas gerbong kereta, selalu membuatku sulit berkata-kata. Bahkan. Tiap kali ia bicara, aku makin tidak pernah bisa membantahnya.
Dari atas gerbong kereta pula. Aku menengadahkan tangan. "Ya Allah, izinkan aku mengecup kening si perempuan kecil. Sambil melantunkan doa. Agar Engkau beri waktu aku untuk terus menemaninya. Hingga ia mengkahiri perjalanan menjadi dirinya sendiri" pintaku dalam hati.
Kali ini, biarkanlah malam melampaui mimpi. Biarkanlah pagi melewati pelangi. Bila itu semua, menjadikan cinta bahagia makin bersemi antara aku dan perempuan kecilku. Teruslah melangkah Nak. Tetaplah bersahaja, jadilah dirimu sendiri, bukan menjadi diri orang lain...
Karena Tuhan pasti menciptakan senyum tawa perempuan. Agar tiap laki-laki rela melupakan tangisnya sendiri... @cerpen nasehat untuk si perempuan kecil, kusebut ia "sang inspirator" karena tiap detak nafasnya mengalir dalam tulisan-tulisanku ... @Kereta Api Jayabaya, Jakarta-Malang, 9 Agustus 2019 #SangInspirator
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H