Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rugi Digaji Rp. 8 Juta, Siapa Sih Orang yang Merugi?

3 Agustus 2019   11:37 Diperbarui: 3 Agustus 2019   12:07 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pastinya, orang yang merugi itu bukan yang menolak gaji Rp. 8 juta. Karena merasa jebolan dari kampus ternama. Bukan rugi pula. Bila ada perusahaan bayar mahal karyawan tapi kerjanya tidak sesuai harapan. Kadang rugi itu cuma soal persepsi, cuma soal pikiran.    

Sahabat, pernahkah kita bertanya pada diri sendiri. Siapakah orang yang merugi? 

Rugi itu bukan penolakan, bukan pula kekalahan. Rugi bukan kemiskinan yang  melanda. Orang yang merugi itu bukan mereka yang belajar keras tapi nilainya kecil. Bukan pula orang yang belinya mahal tapi jualnya murah. Bisa jadi, orang yang merugi juga bukan iang bekerja yang gajinya kecil tapi pengeluarannya besar. Ketika muda getol bekerja, saat pensiun tidak sejahtera pun belum tentu rugi. Sama sekali tidak merugi, bila makan di resto mahal tapi rasanya tidak enak. Itu semua bukan rugi, bukan kerugian yang hakiki.

Rugi itu tidak melulu soal material, soal harta. Hanya ilmu dunia yang melihat kerugian hanya dari harta.

Maka ketika ada anak muda bertanya pada saya, siapa orang yang merugi?

Jawaban saya sederhana. Orang merugi itu "orang yang melalaikan kesempatan beramal saleh, atau berbuat untuk menolong orang lain padahal kita mampu lagi bisa". Bila kita banyak ilmu, kenapa kita tidak membantu orang-orang yang kurang ilmu. Bila kita merasa kaya, mengapa kita tidak bantu menyekolahkan anak-anak yang terancam putus sekolah. Bila ada anak-anak di dekat kita yang tidak mempunyai akses buku bacaan, kenapa kita tidak memudahkan mereka untuk membaca? Sungguh rugi, bila siapapun orangnya, punya kesempatan besar beramal tapi disia-siakan.

Jadi, siapa orang yang merugi?

Tentu, mereka yang lalai terhadap amal kebaikan. Mereka yang membiarkan "kesempatan emas" lewat begitu saja. Amal kebaikan yang dilakukan masih sedikit, sementara perbuatan buruk makin menggunung. Sangat rugi, orang yang timbangan keburukannya mengalahkan timbangan kebaikannya. 

Maka bisa disimpulkan, orang yang merugi atau kerugian itu berkaitan dengan akhlak, berkaitan dengan amal ibadah. Rugilah orang-orang yang tidak mau berbuat baik untuk orang lain dalam kehidupannya. Hingga kematian itu tiba.

Bahkan hari ini. Di dekat kita pun betapa banyak orang yang paling merugi. Siapa mereka? Mereka adalah orang-orang yang gemar berbuat hal yang sia-sia. Tapi menyangka sudah berbuat yang paling hebat lagi mengagumkan dalam hidupnya. Mereka yang hanya mempertontonkan "kesenangan" pribadi, tapi tidak menyadari telah menyakitkan orang-orang yang belum bisa meraih "kesenangan" seperti dia. Merasa sudah berbuat banyak, padahal hanya sedikit saja. Orang paling merugi itu orang kaya di dunia tapi miskin di akhirat.

Satu riwayat menyebutkan. Bahwa orang yang merugi adalah mereka yang datang pada hari kiamat dengan banyak pahala shalat, puasa, zakat, dan haji. Tapi di sisi lain, orang itu gemar mencaci orang, menyakiti orang, dan memukul orang lain. Orang itu, kemudian diadili dengan cara dibagi-bagikan pahalanya untuk orang-orang yang pernah dizaliminya. Hingga habis pahalanya, sementara masih ada orang yang menuntutnya. Maka dosa orang yang menuntutnya pun diberikan kepadanya. Akhirnya, orang itu pun dilemparkan ke dalam neraka." (Rasulullah SAW dalam HR Muslim, Tirmidzi, dan Ahmad).

Jadi, siapa orang yang merugi?

Sungguh, kerugian itu bukan soal materi, bukan pula soal harta. Melainkan soal amal ibadah. Amal ibadah yang tidak bernilai apa-apa, kecuali diikuti dengan amal sosial. Pahalanya boleh menggunung, tapi batal akibat akhlak yang tidak baik. 

Siapapun sangat penting memahami agama dengan baik. Namun tanpa dibuktikan dengan baiknya akhlak dan perilaku maka menjadi sia-sia. Rugi bila perbuatan baik hanya sebatas niat tanpa aksi nyata. Rugi bukan soal barang dagangan. Rugi pun bukan soal banyaknya harta yang dipunya. Rugi itu soal moralitas. 

Dagangan banyak yang laku, tapi orang miskin tetatp tidak mampu ditolong. Harta banyak tapi tidak berguna bagi anak yatim yang tidak mampu sekolah. Rugi.

Mungkin, zaman now bisa jadi makin banyak orang yang merugi.

Orang-orang yang idealis tapi tidak realistis. Orang-orang kaya tapi gagal menjadikan orang lain berdaya. Orang yang senang tapi justru bikin orang lain meriang. Rugi, orang-orang yang punya niat baik tanpa diikuti perbuatan nyata yang baik.

Orang yang merugi. Ketika ia kaya di dunia tapi menjadi sebab miskin di akhirat.

Seperti dinasehatkan "Maukah kami kabarkan kepada kalian tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya." (Al-Kahfi: 103-104). 

Siapa orang yang merugi? 

Mereka yang merasa berbuat banyak padahal masih sedikit. Mereka yang berceramah pentingnya kebaikan, tapi tidak diikuti akhlak dan perilaku baik ... #TGS #TBMLenteraPustaka #BudayaLiterasi

dokpri
dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun