Hari ini, berapa banyak anak yang hidup "dipaksa" atau dalam "keterpaksaan"
Anak-anak yang tidak ingin lagi. Ayahnya mengaggap dirinya sebagai fotocopy ayahnya; Ibunya berbicara secukupnya saja. Anak-anak yang ingin ayahnya berbicara tentang kesalahan-kesalahannya sebelum menceritakan kesalahan-kesalahan anaknya. Anak-anak yang ingin ibunya mengurai tentang ketidakbisaannya sebelum berkeluh-kesah tentang ketidakbisaan anaknya.
Anak-anak yang tidak dipaksa lagi.
Tentu, anak-anak yang mau menjadi dirinya sendiri. Bukan menjadi seperti yang orang tuanya mau. Karena anak memang bukan orang tua. Anak-anak yang tetap menjalani masa kanaknya, hidup pada dunianya. Tidak usah terlalu dewasa bila belum saatnya. Hari ini anak-anak hanya ingin. Ibunya selalu mencium dan memeluk dengan erat; ayahnya selalu tersenyum dan ada di sampingnya.
Bila orang tua begitu khawatir pada anaknya. Maka hal yang sama, anak pun boleh khawatir pada orang tuanya. Anak-anak yang khawatir. Bila orang tuanya lebih peduli gadget-nya daripada anaknya. Bila orang tuanya justru tidak mengenal potensi dan karakter anaknya sendiri. Sungguh, memang tidak mudah menjadi orang tua; tidak mudah mendidik anak. Persis seperti tidak mudahnya menjadi anak di tengah "paksaan" skenario orang tua.
Masalah anak. Memang bukan soal sepele. Tapi anak pun bukan soal sederhana yang terlalu mudah dipaksa atau dibesar-besarkan. Biarkanlah anak-anak, tumbuh dan berkembang menjadi dirinya sendiri.
Anak-anak yang tidak dipaksa lagi.
Anak-anak yang tidak perlu diajarkan cara untuk menjadi orang kaya. Karena mereka hanya ingin menjadi orang yang bahagia. Agar anak-anak lebih mampu menghargai "nilai" daripada "harga". Agar urusan dunianya tetap seimbang dengan urusan akhiratnya.
Maka jangan paksa lagi anak-anak kita. Apalagi pura-pura terpaksa. Karena tidak ada paksaan dalam cinta; Seperti halnya tidak ada yang terpaksa mencintai, tidak ada pula ada dipaksa mencintai.
Maka di Hari Anak Nasional.Â
Mungkin kemarin, masih banyak orang tua yang lebih sering membohongi anaknya atas nama kebaikan. Kini, izinkan anak-anak berkata kepada orang tuanya; kepada ayah ibunya.