Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor LSP Dana Pensiun Lisensi BNSP - Edukator Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

PTN Eks-IKIP Paling Diminati, Pendidikan Bukan "Anak Tiri"

15 Juli 2019   22:41 Diperbarui: 15 Juli 2019   23:02 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dulu, siapa orang yang tidak mengenal IKIP?

IKIP atau Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan adalah perguruan tinggi di Indonesia yang menyelenggarakan pendidikan akademik untuk mencetak para guru dan tenaga kependidikan; spesialis di bidang ilmu pendidikan. 

Maka dulu, IKIP, baik negeri maupun swasta, sering disebut LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) sebagai kawah candradimuka untuk mendidik mahasiswa sebagai tenaga kependidikan. 

Sekalipun kala itu, sebagian orang menganggap IKIP sebagai perguruan tinggi "kelas dua", kalah dibandingkan universitas pada umumnya. Justru mahasiswa IKIP tergolong paripurna. Karena hanya di IKIP, mahasiswa diajarkan ilmu murni sesuai disiplinnya plus ilmu pendidikan. Bolehlah, lulusan IKIP disebut orang pintar yang bisa mengajar. Sementara di kampus lain, hanya bisa mencetak orang pintar; yang belum tentu bisa mengajar.

Namun kini IKIP telah tiada. Karena di era 1999-an, hampir semua IKIP Negeri di Indonesia "dipaksa" berubah menjadi Universitas, seperti IKIP Jakarta berganti nama menjadi Universitas Negeri Jakarta (UNJ). 

Tujuannya, agar PTN eks IKIP diharapkan mampu "bersaing" dengan universitas lain. Namun pada saat yang sama, konversi IKIP ke Universtas pun bisa dianggap "menghilangkan" jati diri kependidikan yang selama ini dimilikinya. Karena PTN eks IKIP, orientasinya berubah. Tidak hanya melulu mencetak calon guru dan pendidik saja. Tapi bisa bergerak bebas untuk membuka program studi yang non-kependidikan, persis seperti universitas lainnya.

Sebagai alumni IKIP Jakarta, saya tertarik untuk mengangkat persoalan IKIP kembali. Karena tidak disangka. Sesuai hasil Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) tahun 2019, ternyata 7 dari 10 PTN paling diminati bidang Soshum tahun ini adalah PTN Eks IKIP (UPI, Unes, UNJ, UNY, UNM, UNS, UNP), sedangkan 3 lainnya non-IKIP (UNS, UB, Unpad). 

Ini fakta, PTN eks IKIP mendominasi bidang Soshum SBMPTN 2019. Itu artinya, minat masyarakat untuk masuk ke universitas eks IKIP tergolong sangat tinggi. Karena di PTN eks IKIP, mahasiswa lebih punya pilihan untuk mendalami program studi kependidikan atau nonkependidikan. Tentu, alasan lainnya karena mungkin karena biaya masuk dan uang kuliah yang relatif lebih murah dibandingkan dengan perguruan tinggi lain.

Tulisan ini, tentu bukan untuk "menyesali" perubahan IKIP menjadi Universitas.

Tapi jauh lebih penting, untuk mengingatkan PTN eks IKIP bahwa tradisi akademik dan kualitas pembelajaran model IKIP tetap relevan dan sangat diminati masyarakat. Itu berarti, PTN eks IKIP harus terus memperkuat aspek pedagogi sebagai ciri pembeda untuk program studi kependidikan, di samping mengoptimalkan kualitas lulusan pada program studi non-kependidikan. 

Tingginya minat masyarakat untuk memilih PTN eks IKIP, setidaknya memberi dua makna: 1) PTN kependidikan bukanlah "anak tiri" dan 2) kualitas PTN eks IKIP makin meningkat. Tren ini, tentu, menjadi "pekerjaan rumah" bagi PTN eks IKIP untuk terus berkreasi dan membangun tradisi akademis yang lebih substansial. Ketimbang persoalan ecek-ecek yang dapat merusak reputasi kampus.

Satu hal yang patut disyukuri, animo masyarakat untuk memilih PTN eks IKIP yang kini menjadi Universitas meningkat berkali-kali lipat, bila dibandingkan saat masih bernama IKIP. Namun respon minat yang besar pun harus diimbangi dengan profesionalisme dan kompetensi segenap civitas akademiak PTN eks IKIP.  

Di tengah gempura era digital dan dengung revolusi industri 4.0 yang membahana, PTN eks IKIP harus mampu menjawab tantangan zaman secara lebih kreatif dan unggul. 

Karena PTN eks IKIP punya "ruang gerak" yang lebih leluasa untuk menafsirkan dinamika peradaban tanpa dipengaruhi "mazhab historikal" kampus masing-masing. Bahkan hebatnya, PTN eks IKIP harus tetap menjadi yang terdepan dalam memberikan solusi terhadap pemikiran dan praktik ilmu kependidikan, yang notabene menjadi ciri khas-nya.

Jati diri pendidikan adalah ciri khas PTN eks IKIP. Karena itu, beragam kajian dan penguatan persoalan pendidikan di Indonesia harusnya "dimulai dan datang" dari kampus eks IKIP. 

Persoalan-persoalan pendidikan yang mengemuka, seperti kualitas guru, kualitas guru, sistem pendidikan, dan praktis pedagogi adalah "makanan sehari-hari" yang hanya dimiliki PTN eks IKIP. Bila guru adalah sosok yang "digugu dan ditiru" maka PTN eks IKIP adalah institusi yang paling bertanggung jawab soal keguruan, soal kependidian. Maka PTN eks IKIP, jangan sampai jadi contoh yang tidak pantas ditiru.

Kini, era dominasi PTN eks IKIP telah tampak di permukaan. Kualitas belajar, tradisi akademis, dan kompetensi pedagodi adalah sesuatu yang harus terus dipertahankan dan tumbuh di PTN eks IKIP. Sambil tetap merenungkan. Bahwa tugas pendidikan dan guru bukanlah menjejalkan pelajaran. Tapi berani bersikap untuk menghidupkan pengetahuan dan menjadikan belajar sebagai perbuatan yang menyenangkan ... Salam alumni eks IKIP #PTNEksIKIP #IKIPTinggalKenangan

Foto Pribadi
Foto Pribadi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun