Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sutopo dan Pelajaran Humas Era Digital

8 Juli 2019   08:18 Diperbarui: 8 Juli 2019   11:22 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karena humas itu bukan bekerja atas data. Tapi atas informasi.

Sebab data itu fakta mentah yang tidak punya arti. Sementara informasi itu fakta yang sudah diolah dan memiliki arti. Nah itulah prinsip kehumasan, persis seperti yang dipraktikkan Pak Sutopo selama ini di BNPB.

Tapi bagaimana cara bisa mengelola pengertian publik di tengah era kebencian atau kegalauan seperti sekarang?

Maka, saya katakan. Humas itu bukan pengetahuan. Humas pun bukan pelajaran. Lebih dari itu, humas adalah sebuah sikap dan perilaku dalam memberikan informasi kepada publik melalui cara komunikasi yang efektif. Humas pun asal menyajikan data.

Sementara banyak humas lelet dan sering tidak menghargai waktu, justru Sutopo mengubah "image" itu semua. Di tangannya, humas harus cepat, akurat, dan lugas. Maka untuk mengukur bagus atau tidaknya humas sangat sederhana. Karena humas adalah kinerja + reputasi + promosi. Artinya, humas harus bekerja atas dasar "kinerja" alias prestasi kerja sehingga membentuk reputasi yang pantas dipromosikan.

Harus diingat dalam humas, tidak ada reputasi baik yang dihasilkan dari kinerja buruk. Reputasi baik hanya dimiliki orang yang berkinerja baik dan dilakukan berulang secara konsisten. Maka dari reputasi itulah akan ada sebutan tentang "citra" atau "image". Citra baik hanya lahir dari pemilik reputasi baik. Reputasi baik pun sama sekali tidak bisa direkayasa. Mau dikemas sebagus apapun, reputasi akan bicara seperti aslinya. Humas bukan bilang bisa padahal tidak bisa.

Di balik kepergian Pak Sutopo, ada pelajaran humas yang berharga di negeri ini. Bahwa siapapun dan organisasi apapun, sama sekali tidak perlu bilang orang lain jelek dan kita bagus. Karena yang bagus pasti bagus dan yang jelek pasti jelek. Dan untuk itu, humas akan membuktikannya. Maka fokuslah untuk menghasilkan kinerja bagus bukan berkata-kata bagus.

Lagi pula humas sama sekali tidak bisa didekati secara akademis. Apalagi teoretik dan penampilan fisik. Karena humas adalah pekerjaan lapangan, sesuatu yang harus terjun langsung. Selain butuh sikap, humas adalah perilaku, perbuatan nyata seperti yang dilakukan Pak Sutopo.

Ada pelajaran humas dari Pak Sutopo. Karena humas bukan “bungkus” tapi “isi”. 

Bertanyalah kepada diri sendiri. Bila banyak bagusnya maka kita sudah mampu menjadi humas yang baik. Bila banyak orang bicara jeleknya maka kita belum berhasil menjadi humas buat diri sendiri.

Jadi humas, adalah kinerja yang tetap pada diri sendiri bukan seberapa jago menunjuk orang lain. Selamat jalan Pak Sutopo... #TGS

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun