Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tiga Tipe Penulis Kreatif yang Survive di Era Digital

1 Juli 2019   19:10 Diperbarui: 1 Juli 2019   19:16 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tipe Penulis Kreatif yang Survive di Era Digital

Era digital bukan hanya menghadirkan tantangan. Tapi juga peluang bagi mereka yang bisa memanfaatkannya. Salah satunya, adalah dunia kepenulisan, khususnya menulis kreatif. Karena era digital yang identik dengan 1) digitalisasi, 2) otomatisasi, dan 3) kecerdasan buatan sama sekali tidakberguna manakala tidak mampu "dibahasakan" secara kreatif.

Makanya era digital, bisa dijadikan momentum untuk mengembangkan menulis kreatif sebagai proses. Atau bisa juga disebut penulisan kreatif. Masalahnya, mau atau tidak menjadi penulis kreatif?

Dari sisi kreativitas, setidaknya hanya ada tiga tipe penulis kreatif yang bisa "survive" di era digital, yaitu:

  1. Penulis inovatif, yaitu penulis yang selalu konsisten dalam menghadirkan tema dan ide-ide baru yang orisinal pada setiap karyanya.

  2. Penulis follower, yaitu penulis yang mampu melihat peluang dari tren karya sastra yang digemari masyarakat di era kekinian.

  3. Penulis momenial, yaitu penulis yang piawai dalam memanfaatkan momen tertentu atau peristiwa penting untuk membuat karya yang diterima pembaca. 

Artinya, menjadi satu di antara ketiga tipe penulis kreatif di atas pun sudah layak mendapat "panggung" atas setiap tulisan atau karyanya.

Hakikatnya, penulis kreatif harus menghadirkan karya yang berbeda. Karya yang tidak sama dengan karya pada umunya. Karena dalam menulis kreatif, ada dua point penting yaitu: 1) kemampuan menulis yang baik dan 2) kreativitas sebagai cerminan "beda" dibandingkan karya lainnya.

Sebagai contoh saja. Mampukah kita menghasilkan karya kreatif berkonsep seperti cerita "Malin Kundang" untuk zaman sekarang. Apa yang menjadi sebab anak durhaka kepada orang tua fi zaman now? Atau sebaliknya, apa yang menjadi orang tua "durhaka" barangkali kepada anaknya? Buatlah kisah seperti itu secara kreatif. Maka itu bisa disebut penulis kreatif.

Nah untuk mendalami menulis kreatif secara paripurna, buku "Kompetensi Menulis Kreatif" karya Syarifudin Yunus yang diterbitkan oleh Ghalia Indonesia tentu bisa jadi rujukan. Karena buku ini menyajikan cara dan langkah yang bia ditempuh agar mampu menulis dengan cara yang beda. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun