Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pegiat Literasi di Kaki Gunung Salak, Syarifudin Yunus

13 Juni 2019   21:59 Diperbarui: 13 Juni 2019   22:15 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berangkat dari terancamnya anak-anak di Desa Sukaluyu putus sekolah. Akibat tingkat partisipasi pendidikan 81% selevel SD, harus ada upaya serius yang dilakukan. Apalagi susahnya anak-anak usia sekolah di daerah itu mendapatkan akses buku bacaan. Berangkat dari realitas itulah, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka berdiri di Kp.Warung Loa Desa Sukaluyu Kec. Tamansari Kaki Gn. Salak Bogor.

Adalah Syarifudin Yunus, lebih akrab dipanggil Syarif sebagai Pendiri dan Kepala Program Taman Bacaan Masyarakat(TBM) Lentera Pustaka. Pria yang berprofesi sebagai Konsultan di DSS Consulting dan Dosen Pendidikan Bahasa Indonesia FBS Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) ini terjun sebagai pegiat literasi untuk meningkatkan tradisi baca dan budaya literasi anak-anak usia sekolah khususnya bagi masyarakat yang tidak mampu. Tujuannya untuk menekan angka putus sekokah, di samping membangun kebiasaan membaca anak-anak di tengah gempuran era digital.

Alumni UNJ Peraih UNJ Award 2017 bidang Pengabdian Masyatakat dan peraih Dosen Berprestasi Unindra Tahun 2009 ini bertekad menjadikan TBM Lentera Pustaka sebagai taman bacaan kreatif dan menyenangkan melalui konsep "TBM Edutainment", kegiatan membaca yang memadukan unsur edukatif dan entertainment. Ke depan, taman bacaannya berharap mampu menjadi pusat pemberdayaan masyarakat, selain sebagai "warisan" kepada umat yang akan ditinggalkan.

Sejak didirikan 2 tahun lalu, Syarif  melalui TBM Lentera Pustaka fokus  mengkampanyekan pentingnya membaca buku bagi anak-anak di tengah gempuran era digital. Karena membaca dianggapnya dapat menyelamatkan masa depan anak-anak Indonesia. Dengan bantuan donasi buku dari teman-temannya, kini TBM Lentera Pustaka telah memiliki koleksi lebih dari 3.000 buku bacaan yang siap dibaca sekitar 62 anak-anak pembaca aktif seminggu 3 kali (Rabu-Jumat-Minggu). Bahkan, sebagai realitasi teakd dan komitmenynya, saat ini setiap week end, dia selalu berada di Kaki Gunung Salak Bogor untuk mengajar anak-anak membaca dengan baik dan benar sekaligus memotivasi masyarakat demi tegaknya budaya literasi.

Alhasil, kini anak-anak di TBM Lentera Pustaka bisa membaca 5-10 buku per minggu. Bahkan tata kelola taman bacaan yang disajikan tergolong unik dan menyenangkan. Karenqa setiap bulan selalu ada event bulanan dan jajanan kampung gratis, senam literasi, salam literasi, doa literasi, dan membaca wajb bersuara. Itu semua dipilih Syarif untuk menjadikan membaca sebagai kegiatan yang tidak membosankan. Harus ada kreasi dalam membaca. Literasi yang menyenangkan, atas sebab itu acara Halo Indonesai DAAI TV menjadikan Syarif sebagai narasumber pada 8 Mei 2019 lalu.

Sebagai realisasi kecintaannya terhadap budaya literasi di Indonesia, Syarif menjadikan menulis sebagai gaya hidup. Setiap hari menulis, apapun yang ada dibenaknya selalu dituliskan. Dari awalnya tidak bisa menulis, namun ketekunannya menjadikan prinsip hidupnya bertumpa pada "scripta manent verba volant -- yang tertulis akan abadi yang terucap akan hilang".  Maka ia menekankan pada budaya tulisan kemudia budaya lisan, bukan sebaliknya. Karena menurutnya, budaya literasi hanya bisa dimulai dari budaya membaca dan menulis, bukan budaya berbicara dan menyimak.

Dengan tekad budaya literasi yang melekat pada dirinya, kini Syarif  telah melahirkan 25 buku seperti; 1) Jurnalistik Terapan(2010), 2) Bunga Rampai Problematika Bahasa Indonesia(Ed.-2010),  3)Kumpulan Puisi & Cerpen "Kata Anak Muda" (Ed.-2011), 4)  Antologi Puisi "Perempuan Dimana Mereka?" (Ed.-2012), 5) Antologi Puisi "Potret Orang-Orang Metropolitan" (Ed.-2013), 6) Antologi 44 Cerpen "Surti Bukan Perempuan Metropolis"(Maret 2014), 7)  Antologi 85 Cerpen "Kecupan Di Pintu Langit" (Mei 2014), 8) Antologi 70 Cerpen "Di Balik Jendela Kampus" (Juli 2014), 9) Kumpulan 30 Cukstaw Cerpen "Surti Tak Mau Gelap Mata"(November 2014), dan 10) Antologi Puisi Kritik Sosial "Tiada Kata Dusta Untuk Presiden" (November 2014), 11) Kompetensi Menulis Kreatif (April 2015), 12) Kumpulan Cerpen "Hati Yang Mencari Ibu" (Mei, 2015), 13) Kumpulan Cerpen "Bukan Senyuman Terakhiir" (April 2016), 14) Kumpulan Cerpen "Resonansi Cinta Yang Terbelah" (Mei 2016), 15) Kumpulan Artikel Ilmiah "Bahasa Di Panggung Politik; Antara Kasta dan Nista" (Desember 2016), Kenapa Kau Membenciku (2017), Cerita Bibir Di Atas Tangan (2017) Oasis Dari kampus (2017), Jangan Mencintai perempuan Biasa (2018), Noda Di Ruang Kelas (2018), Sentimen Bahasa Politik (2018), Politik Orang Susah (2018), Jakarta Di Atas Kertas (2019). Bahkan di tahun 2019 ini pula, akan ada tambahan 3 buku baru.

Tidak sekadar itu, Syarif pun masih sangat aktif menulis artikel opini di media cetak harian dan online, seperti: Bisnis Indonesia, Koran Jakarta, Media Indonesia, dan detik.com termasuk media warga yang ada di Indonesia.

Bekerja lebih dari 25 tahun sebagai Dosen dan aktif mengajar di beberapa kampus dengan spesialiasi bidang menulis, jurnalistik, penyuntingan, kehumasan, penelitian, dan bahasa dan sastra Indonesia ini pernah berkiprah sebagai Wartawan Majalah Forum Keadilan (1996) dan Mobil Indonesia (1998). Kebiasaan yang paling menonjol darinya adalah selalu menulis setiap hari. Karena baginya, hidup tanpa menulis berarti hampa.

Lahir di Jakarta, 15 Maret 1970. Syarif lahir sebagai anak seorang pensiunan tentara namun dibesarkan dalam nuansa toleransi dan kepedulian sosial yang tinggi. Dari seorang ayah keturunan Makassar dan Ibu berasal dari Sunda, anak sulung berbintang Pieces ini sangat getol terhadap gerakan sosial dalam membantu anak-anak yatim, para janda dan jompo, serta anak-anak yang terancam putus sekolah. Prinsip hidupnya sederhana saja, "apa adanya dan bukan ada apanya" sehingga hidup harus dijalani dengan penuh kewaspadaan dan tidak perlu terbuai oleh gaya hidup yang berlebihan.

Ayah dari Fahmi, Farid, dan Farah ini menghabiskan masa kecilnya di Jakarta, bersekolah di SDN Kenari 12 Salemba, lalu melanjutkan ke SMP Negeri 216 Jakarta, dan SMA Negeri 30 Jakarta. Pendidikan tingginya dimulai dari S1- Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (1994) dari Universitas Negeri Jakarta (d/h IKIP Jakarta) dan S2 - Magister Pendidikan PascaSarjana Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta (2006). Saat ini, beliau tengah melanjutkan studi S3 Program Doktor Manajemen Pendidikan di Pascasarjana Universitas Pakuan Bogor atas beasiswa dari Universitas Indraprasta PGRI tempatnya mengajar. Setelah mendapat persetujuan dari pembimbing akademik, sebagai pegiat literasi, ia bertekad meraih Doktor Manajemen Pendidikan bidang Tata Kelola Taman Bacaan dengan judul "PENINGKATAN MINAT BACA MASYARAKAT DAN BUDAYA LITERASI MELALUI MODEL TBM EDUTAINMENT PADA TAMAN BACAAN MASYARAKAT DI KABUPATEN BOGOR".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun