Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fitrah, Bukan Prasangka Dibuat Masuk Akal

10 Juni 2019   05:17 Diperbarui: 10 Juni 2019   05:23 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan fitrah namanya, bila kita tidak takut berprasangka buruk.

Menuduh teman sekelas mencontek. Akibat nilainya lebih bagus itu prasangka buruk. Menyebut curang karena kekalahan dalam sebuah kompetisi pun bisa jadi prasangka buruk. Maka fitrah, harusnya menjadikan manusia makin takut berprasangka buruk.

Berani menghindar dari prasangka buruk adalah sikap.

Karena prasangka buruk sama sekali berbeda dengan curiga. Prasangka dalihnya pendapat atau anggapan kurang baik tentang sesuatu sebelum menyaksikan atau menyelidikinya sendiri. Sementara curiga basisnya rasa kurang percaya atau sangsi terhadap suatu kebenaran atau kejujuran seseorang. Jadi harus jelas, kita sedang berprasangka atau curiga?

Bila sudah fitrah, maka jangan berkawan dengan prasangka buruk.

Zaman now, sangat penting untuk menghindar dari prasangka buruk. Apalagi jika prasangka tanpa dasar yang jelas, tanpa fakta yang dilihat sendiri. Khawatirnya, sifat prasangka buruk membuat pelakunya menjadi "hobi" untuk mencari-cari kesalahan orang lain. Bahkan prasangka buruk pun bisa berubah menjadi fitnah yang keji.

Nabi Muhammad SAW bersabda, "Berhati-hatilah kalian dari tindakan berprasangka buruk. Karena prasangka buruk adalah sedusta-dusta ucapan. Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang lain, saling memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara".

Prasangka buruk.

Sungguh, lebih suka mencari kesalahan-kesalahan orang lain. Hati menjadi kotor, tidak lagi fitrah. Bahkan mereka seolah-olah mengharapkan keburukan terjadi pada orang lain. Tanpa dasar tanpa fakta lalu menuduh yang bukan-bukan itulah prasangka buruk. Bertebarannya prasangka buruk di media sosial seperti sekaran, bisa jadi pertanda kebaikan telah bergeser menuju keburukan.

Ketahuilah, prasangka buruk adalah cabang dari kemunafikan; sementara prasangka yang baik itu cabang dari keimanan. Maka fitrah seharusnya mampu membersihkan hati dan pikiran dari prasangka buruk.

Di zaman now, patut hati-hati, karena makin banyak prasangka buruk yang dibuat masuk akal. Dan anehnya, prasangka buruk dibenci bukan karena dirinya sendiri. Melainkan  karena prasangka menjadi sebab orang-orang mempercayainya... tabik #TGS #IdulFitri #HikmahLebaran

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun