Introspeksi diri, tentu untuk memperbaiki diri. Bukan untuk menghakimi kesalahan orang lain. Apalagi memvonis orang lain salah padahal belum tentu salah. Maka introspeksi diri tidak lai tidak bukan hanya untuk melatih kebesaran hati dalam memperbaiki diri.
Introspeksi diri untuk menjauhkan sikap egois.
Karena bila orang lain salah, kita pun belum tentu benar. Bukankah Allah SWT yang hebat telah menutupi aib dan kesalahan kita. Introspeksi diri agar kita tetap mampu menghitung. Seberapa banyak kita berbuat baik, seberapa besar kita berbuat jahat? Apa yang harus diubah, apa yang harus ditingkatkan, dan apa yang harus ditinggalkan?
Semua pasti mendambakan. Masyarakat yang saleh dan salehah, guyub, toleran, peka dan peduli dengan sesama, benci pada kemungkaran. Dan untuk itu, membutuhkan proses dan kesediaan introspeksi diri. Karena membangun negeri sebesar Indonesi bahkan peradaban masyarakatnya tidak cukup dengan mengandalkan slogan dan retorika semata. Tapi kita butuh kemauan untuk introspeksi diri. Agar terpelihara manusia-manusia yang fitrah, bersedia menilai diri sendiri sambil berpihak kepada kebaikan kolektif.
Sekali lagi, fitrah itu bersedia introspekdi diri.
Daripada menghabiskan waktu untuk berpikir negatif dan membenci orang lain, lebih baik memperbanyak introspeksi diri sambil istiqomah dalam ibadah. Ketahuilah, menerima kenyataan dan introspeksi itu lebih maslahat daripada mengeluh tanpa tindakan... Salam fitrah #FitrahManusia #IdulFitri #IntrospeksiDiri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H