Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fitrah itu Syukur Bukan Kufur

8 Juni 2019   11:58 Diperbarui: 8 Juni 2019   12:08 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fitrah itu memperbesar rasa syukur, bukan kufur.

Karena tidak ada hati yang bersih tanpa diimbangi dengan rasa syukur.  Syukur itu berterima kasih atas segala yang dianugerahi Allah SWT; menerimasegala yang diberikan-Nya dengan lapang hati. Maka hari ini, bila masih ada manusia yang berkeluh-kesah dan berpikir yang jelek apalagi berperilaku negatif. Bisa jadi, karena manusia itu tidak pernah atau kurang bersyukur atas apa-apa yang ada padanya. Seolah-olah, Allah SWT tidak pernah memberikan apapun kepadanya.

Jangan mengeluh melulu. Karena itu tanda tidak bersyukur; bukan fitrah.

Jalanan macet mengeluh. Umur semakin tua gelisah. Sibuk pekerjaan dikeluhkan. Hidup sederhana merasa miskin. Orang lain senang baper. Hasil pilpres diratapi. Hingga kondisi negara pun jadi keluh-kesah. Terus, kapan bersyukur? Fitrah itu syukur bukan kufur.

Manusia kadang sering lupa. Lupa bersyukur.

Masih bisa bernafas dengan udara. Masih punya mata untuk melihat. Masih bisa makan tanpa ada pantangan. Bahkan diberikan tubuh yang sehat dan terbebas dari penyakit. Itu semua patut disyukuri. Karena tanpa nikmat dan anugerah itu semua, sudah pasti manusia tidak bisa hidup tanpanya.

Coba bayangkan di hari raya Idul Fitri, bagaimana penderitaan saudara-saudara kita yang sedang terbaring sakit? Atau saudara-sudara kita yang hidup dalam kemiskinan? Bersyukurlah karena itu fitrah.

Lagi-lagi, manusia sering lupa.

Hidup manusia itu isinya hanya dua dan silih berganti; ada kesenangan ada kesusahan. Hari ini senang besok susah. Dan sebaliknya, hari ini susah maka esok pun senang. Semua berputar sesuai dengan hukum-Nya. Maka hidup itu kian indah, karena ada senang ada susah. Persis seperti ada sehat ada sakit; ada macet ada lancar; ada suka ada duka. Silih berganti dalam kehidupan pun fitrah manusia.

Makanya, bersyukur itu penting. Agar sewaktu senang ingat susah. Sewaktu susah ingat senang. Bersyukur atas segala keadaan. Semuanya dalam hidup manusia sudah sesuai dengan firman Allah SWT:  "Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan" (QS 94:5-6).
Lupa bersyukur bisa jadi kufur.

Lupa bersyukur karena terlalu sering mengeluh. Segala sesuatu yang dipikirkan hanya yang jelek-jelek saja. Terasa sulit mengingat yang baik-baik. Ada banyak hal yang kita miliki tapi tidak dimiliki orang lain. Ada banyak hal baik yang dipunya negara sementara negara lain tidak punya. Jangan sampai lupa bersyukur. Karena itu sifat fundamental pikiran jelek dan perilaku buruk. Fitrah itu hati yang bersih; maka fitrah sama dengan bersyukur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun