Untuk apa fitrah, bila kita terus-menerus "berteman" dengan sumber dosa. Untuk apa firah, bila kita lebih senang "bergaul" dengan penyakit hati. Bila menonton film jadi sumber dosa maka jauhilah. Bila media sosial jadi sumber permusuhan maha hindarilah. Fitrah itu komitmen untuk menjauhkan diri dari segala sumber keburukan, di samping ikhtiar menjaga hati tetap bersih.
Lalu, apa yang bisa diperbuat untuk menjaga hati yang bersih?
Hidup memang tidak sempurna. Kotor pun kadang sulit dihindari. Tapi bersih adalah sesuatu yang harus diperjuangkan. Cipratan noda kebencian, buruk sangka, sombong, dan lainnya selalu ada di depan mata. Jika noda-noda itu dibiarkan, maka fitrah jadi gak bermakna. Bikin hati kumal dan kotor. Maka penting untuk saling menasehati lagi mengingatkan kebaikan.
Jagalah hati. Jagalah hati. Jagalah hati.
Caranya, tentu cukup dua hal; 1) mengingat kematian dan 2) membaca Al Quran. Agar fitrah tetap bersemayam di dalam dada. Agar hati tetap bersih dan mudah mendapat hidayah Allah SWT. Karena ketahuilah, kunci sukses hidup di dunia bukanlah harta, pangkat, jabatan. Bukan pula popularitas dan pujian. Tapi hati yang selalu terjaga untuk tetap sehat dan bersih. Hati yang sabar dalam berbagai keadaan; hati yang tekun untuk tetap dekat dengan-Nya.
Ketahuilah, fitrah yang sehat dan bersih sama sekali tidak tumbuh dengan sendirinya; ia harus dijaga dan diperjuangkan seperti cinta ... #TGS #IdulFitri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H