Harkitnas 20 Mei Ganti Saja Jadi Hari Kesadaran Nasional
Harusnya sekarang, tanggal 20 Mei bukan lagi Hari Kebangkitan Nasional. Karena sudah tidak pas. Emang, kita mau bangkit dari apa? Atau bangkit untuk apa? Bukankah "bangkit" artinya "bangun lalu berdiri ..." Hari ini kita sudah tidak mengusir penjajah. Tapi kita sedang berhadapan dengan bangsa sendiri.
Jadi 20 Mei sebaiknya jadi Hari Kesadaran Nasional, bukan lagi kebangkitan nasional.
Kenapa Kesadaran Nasional?
Iya, karena banyak yang belum sadar. Mungkin banyak orang Indonesia hari ini yang "kurang sadar", "belum sadar" atau "kelebihan sadar". Untuk hal apapun, urusan apapun. Walau tetap ada yang sudah "cukup sadar"
Kurang sadar atau belum sadar.
Sudah tahu lagi puasa, masih saja ngotot soal politik. Udah tahu belum diumumin hasilnya, tapi sudah sujud syukur duluan. Sudah tahu pengumuman belum dilakukan tapi sudah dibilang curang. Itu semua terjadi karena belum sadar.
Sadar Nasional. Agar kita menyadari apa yang telah dilakukan dan bagaimana ke depannya? Kata "sadar" itu artinya insaf; merasa; tahu dan mengerti (kata sifat) atau ingat kembali (kata kerja). Jadi, hari kesadaran nasional dapat menjadi momentum bagi bangsa Indonesia dan rakyatnya untuk menyadari, menginsafi, atau memahami keadaan yang sesungguhnya. S-A-D-A-R.
Mengapa hari kesadaran nasional?
Karena banyak orang belum sadar. Apalagi yang ada di medsos, sepertinya belum sadar semua. Berita palsu disebarkan, orang lagi bekerja dicaci-maki, beda pilihan kok gak boleh. Dan yang paling aneh, sudah selesai nyoblos masih saja ribut. Belain orang kok sampai mati-matian, semoga gak mati beneran.
Makanya tanggal 20 Mei ganti saja jadi Hari Kesadaran Nasional. Biar kita makin sadar sebagai sebuah bangsa. Bahwa kebersamaan dan keutuhsan sebagai bangsa itu segalanya. Jangan karena kekuasaan atau nafsu malah bangsa ini jadi runyam dan tidak produktif.