Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

20 Mei, Harkitnas Jadi Harsadnas?

20 Mei 2019   14:59 Diperbarui: 20 Mei 2019   15:19 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Harkitnas 20 Mei Ganti Saja Jadi Hari Kesadaran Nasional

Harusnya sekarang, tanggal 20 Mei bukan lagi Hari Kebangkitan Nasional. Karena sudah tidak pas. Emang, kita mau bangkit dari apa? Atau bangkit untuk apa? Bukankah "bangkit" artinya "bangun lalu berdiri ..." Hari ini kita sudah tidak mengusir penjajah. Tapi kita sedang berhadapan dengan bangsa sendiri.

Jadi 20 Mei sebaiknya jadi Hari Kesadaran Nasional, bukan lagi kebangkitan nasional.

Kenapa Kesadaran Nasional?

Iya, karena banyak yang belum sadar. Mungkin banyak orang Indonesia hari ini yang "kurang sadar", "belum sadar" atau "kelebihan sadar". Untuk hal apapun, urusan apapun. Walau tetap ada yang sudah "cukup sadar"

Kurang sadar atau belum sadar.

Sudah tahu lagi puasa, masih saja ngotot soal politik. Udah tahu belum diumumin hasilnya, tapi sudah sujud syukur duluan. Sudah tahu pengumuman belum dilakukan tapi sudah dibilang curang. Itu semua terjadi karena belum sadar.

Sadar Nasional. Agar kita menyadari apa yang telah dilakukan dan bagaimana ke depannya? Kata "sadar" itu artinya insaf; merasa; tahu dan mengerti (kata sifat) atau ingat kembali (kata kerja). Jadi, hari kesadaran nasional dapat menjadi momentum bagi bangsa Indonesia dan rakyatnya untuk menyadari, menginsafi, atau memahami keadaan yang sesungguhnya. S-A-D-A-R.

Mengapa hari kesadaran nasional?

Karena banyak orang belum sadar. Apalagi yang ada di medsos, sepertinya belum sadar semua. Berita palsu disebarkan, orang lagi bekerja dicaci-maki, beda pilihan kok gak boleh. Dan yang paling aneh, sudah selesai nyoblos masih saja ribut. Belain orang kok sampai mati-matian, semoga gak mati beneran.

Makanya tanggal 20 Mei ganti saja jadi Hari Kesadaran Nasional. Biar kita makin sadar sebagai sebuah bangsa. Bahwa kebersamaan dan keutuhsan sebagai bangsa itu segalanya. Jangan karena kekuasaan atau nafsu malah bangsa ini jadi runyam dan tidak produktif.

Hari ini banyak manusia yang dipenuhi nafsu. Tidak sedikit pula yang dirasuki rasa benci. Bahkan hobby menebar fitnah. Semua terjadi karena kita tidak sadar; belum sadar atau kelebihan sadar.

Maka sungguh, kita butuh hari kesadaran nasional.

Sadar agar mampu meredam nafsu. Meniadakan emosi. Menjauhi kepentingan pribadi.

Karena bila sadar. Maka kita merasa dan menyadarinya, menginsafi, dan mau mengerti keadaan diri, keadaan orang lain, dan bangsanya sendiri. Sadar terhadap keadaan yang sebenarnya, objektif, dan berpihak pada realitas kehidupan.

Sadar dan sadar.

Sadar akan pilihan yang sudah diambil. Sadar akan tantangan yang ada. Sadar bahwa potensi baik jauh lebih penting dari masa lalu yang buruk. Sadar bahwa kita tidak hidup sendirian. Sadar akan pentingnya menyiapkan hari esok yang lebih baik dari hari kemarin. Itulah KESADARAN NASIONAL yang lebih relevan saat ini.

Jadi, Hari Kebangkitan Nasional ada baiknya diganti saja jadi "Hari Kesadaran Nasional".

Agar kita semau sadar, sadar, dan sadar ..... setelah itu sabar.

Bukan Harkitnas tapi Harsadnas !! #SadarNASIONAL

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun