Ada orang, dari tahun ke tahun, puasanya biasa-biasa saja. Semangatnya hanya sebatas mengucapkan "marhaban ya ramadhan, mohon maaf lahir batin". Via WA grup, medsos, dan yang lainnya. Sehabis itu, puasa ya biasa-biasa saja.
Puasa cuma setahun sekali. Tapi biasa-biasa saja. Sungguh, gagal move on.
Move on, kalau kata ABG, memang perbuatan yang paling sulit. Merasa gak mampu "pindah" ke lain hati; gak bisa "hijrah" ke keadaan yang lebih baik. Katanya, bukan soal "melupakan" masa lalu. Tapi soal hati. Emang kenapa? Punya kenangan buruk dengan puasa ya ...
Puasa juga masa lalu. Tapi puasa kali ini, sayang banget jika gak bisa move on.
Puasa itu harus move on. Move on itu "hijrah". Berhijrah dan berubah untuk meningkatkan kualitas ibadah di bulan puasa. Kalo puasa tahun lalu biasa-biasa saja, kenapa gak puasa tahun ini dibikin lebih baik lagi. Berpuasa, dari yang biasa saja menjadi yang lebih berkualitas. Mumpung masih diberi kesempatan "bertemu" dengan bulan puasa. Karena tahun depan, belum tentu kita ketemu puasa lagi ...
Puasa itu harus move on, sebagai momentum untuk hijrah.
Karena puasa bukan soal ritual semata. Puasa harusnya bisa jadi "training center" untuk memperbaiki kualitas ibadah yang tadinya biasa-biasa saja jadi yang luar biasa. Hijrah dari ibadah yang alakadarnya jadi ibadah yang paripurna. Mumpung lagi puasa ...
Seperti kawan saya. Puasa kali ini bertekad mau move on. Sering kali pakai baju putih dan berkopiah. Rajin ngaji, rajin zikir bahkan sholat Sunnah. Itulah tanda-tanda kawan saya mulai move on. Mulai bersedia untuk lebih optimal dalam ibadah di bulan puasa.
Move on saat puasa. Mulai saja dari yang kecil-kecil dan sederhana.Â
Menahan diri dari segala hal yang bisa mengurangi pahala puasa. Hindari berpikir buruk tentang orang lain, apalagi negaranya. Kurangi menebar keluhan dan kejelekan di media sosial. Gak usah nelongso sama keadaan, perbanyak ikhtiar, doa lalu sabar. Sederhana kan...