Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kampanye-Debat Kelar; Respek buat Pilpres 2019

13 April 2019   23:03 Diperbarui: 13 April 2019   23:13 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kampanye pilpres udah berakhir. Debat juga udah beres. Hari tenang pun tiba.

Terus mau ngapain lagi? Gak ada selain memperbesar "sikap respek". Iya respek; sikap untuk menghormati. Hormati pilihan Anda. Hormati pilihan saya. Dan hormati pilihan orang lain. Jangan lupa pergi ke bilik suara di tanggal 17 April nanti. Dan coblos pilihan masing-masing dengan penuh respek.

Jadi, apa yang paling sulit di musim pilpres 2019 ini?

Tentu, jawabnya bukan main banyak-banyakan massa di kampanye terbuka. Bukan pula hasil survei yang dikeluarkan banyak lembaga riset. Apalagi saling mengumbar kejelekan lawan politik. Akal sehat yang bilang, beda pilihan itu lazim. Beda pendapat sangat wajar. Asal jangan menebar kebencian, hujatan, apalagi hoaks dan fitnak. Bila gak bisa sama, kenapa gak boleh beda?

Maka bila gara-gara pilpres 2019, ada orang yang saling bermusuhan, saling marah bahkan membenci. Itu sangat jelas salah. Pilpres itu hajat 5 tahunan negara, hadapi dan jalani saja. Kenapa harus merusak harmoni? Apalagi mengkoyak persatuan dan kebhinekaan yang sudah dimiliki bangsa ini?

Sungguh di musim pilpres dan sesudahnya, kita hanya butuh sikap respek. Sikap untuk menghormati dan menghargai pilihan sendiri dan pilihan orang lain. Sikap respek itu, bila mau jujur, hutang paling terbesar yang dimiliki banyak orang. Terlebih lagi saya sendiri.

Pilpres itu butuh sikap respek.

Sayangnya, sikap respek itu terlalu mudah diucapkan. Tapi sulit dilakukan. Dikasih ajang demokrasi dan kebebasan berpendapat. Ehh, malah dipakai untuk mencaci-maki orang lain.

Membenci dan menghujat. Respek itu harusnya menghormati argumen dan pilihan orang lain yang berbeda dengan kita. Respek itu hormat. Maka harusnya tercermin pada sikap untuk "memberi nilai tambah" pada pilihan kita. Tanpa perlu "menjelekkan orang yang kita tidak suka". Respek itu sederhana kok.

Saya dan Anda, tentu punya PILIHAN yang BERBEDA. Dan karena itu, kita harus menjaga sikap RESPEK. Agar tidak ada permusuhan. Tidak ada caci maki dan hujatan. Tetap hormat dalam perbedaan. Tetap menghargai dalam pemilihan. Dan respek, sama sekali tidak perlu atas motif ingin mempengaruhi atau mau dipengaruhi.

Di dunia ini, tidak ada orang yang sempurna. Tiap orang pasti punya kelemahan, apalagi dosa. Bangsa di manapun juga belum ada yang sempurna. Tapi di sisi lain, tiap orang juga punya potensi untuk menjadi "lebih baik". Pemimpin harus respek pada rakyatnya. Rakyat juga harus respek pada pemimpinnya. Gak perlu marah-marah, apalagi berpikir negatif.  Agar tetap harmoni. Karena hanya sikap respek yang bisa bikin hubungan jadi ajeg, jadi nyaman buat semuanya. Karena respek, kita bisa lebih plong menerima kenyataan termasuk hasil pilpres dengan penuh ikhlas dan tulus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun