Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mahasiswa Unindra Melatih Proses Kreatif dalam Menulis

7 April 2019   11:06 Diperbarui: 7 April 2019   11:37 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menulis karya fiksi tidak bisa diajarkan, tapi bisa dipelajari. Dan yang paling penting, menulis fiksi harus mengacu pada proses. Proses untuk menemukan imajinasi, merangkai kata-kata, membuat alur cerita, hingga menjadi karya fiksi yang menarik.  Itulah yang disebut proses kreatif dalam menulis. 

Setiap sastrawan memiliki cara sendiri-sendiri dalam proses kreatifnya. Maka, proses kreatif penulis yang satu dengan yang lainnya, tidak akan sama dan memang sulit untuk disamakan. Menulis untuk sastra adalah sebuat petualangan proses kreatif. Seperti kata Ernest Hemingw writing is adventure.

 Proses kreatif dalam menulis adalah proses untuk menemukan dunia kita sendiri. Proses yang bersandar pada cara kita masing-masing untuk mencipta karya sastram baik  berbentuk puisi, cerpen, novel, drama atau naskah sinetron sekalipun. 

Proses kreatif menekankan pada cara kita menemukan ide dan gagasan untuk dapat dituangkan ke dalam tulisan kreatif. Ide atau topik tulisan bisa diperoleh melalui kegiatan nongkrong, ngopi bareng, atau berdiskusi dengan teman.

Untuk melatih proses kreatif, mahasiswa peserta mata kuliah "Menulis Kreatif" Pendidikan Bahasa Indonesia FBS Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) pun diajak untuk melakukan perenungan untuk "memanggil" proses kreatif masing-masing. 

Dibimbing dosen pengampu, Syarifudin Yunus, mahasiswa diajak memanggil pengetahaun, pengalaman, atau perasaan yang dimikinya untuk dituangkan ke dalam bentuk cerpen. Agar mahasiswa mampu memulai untuk menulis karya sastra.

Proses kreatif dalam menulis mengacu pada cara-cara kita untuk memadukan kecerdasan dan imajinasi yang dimiliki untuk dituangkan ke dalam tulisan. Proses yang ditempuh untuk memberikan ruang yang nyaman bagi daya cipta, di samping keseriusan untuk melahirkan karya kreatif. 

Karena proses kreatif dalam menulis tidak akan pernah terjadi apabila kita terlalu "dipagari" oleh hal-hal yang menghambat diri kita untuk menulis. 

"Saya melatih mahasiswa untuk berani menulis dan menemukan proses kreatifnya sendiri. Karena menulis bukanlah keinginan, tetapi kelakuan. Kita bukan ingin menulis, tapi sedang menulis" ujar Syarifudin Yunus seusai perkuliahan.

Proses kreatif dalam menulis memiliki esensi untuk memberikan ruang yang lebih bebas terhadap daya imajinasi, di samping mampu mengubah kisah dunia nyata menjadi dunia khayal sebagai inspirasi utama. Memadukan daya imajinatif dan kisah dunia khayal adalah esensi proses kreatif dalam menulis. Karena itu, mahasiswa harus mampu menjalani proses kreatif sebagai berikut:

1.    Merasakan, fase untuk memperoleh sentuhan emosional yang bersifat pribadi.  

2.    Menghayati, fase untuk mendalami atau menyatukan hati agar larut dalam suasana yang diciptakan.

3.    Mengkhayalkan, fase untuk memunculkan kembali apa yang telah dirasakan dan dihayati ke dalam bentuk khayalan.

4.    Mengelaborasikan, fase untuk menjelaskan keadaan dengan muatan estetika dan curahan-curahan hati agar dapat memberikan nilai dan kesan yang estetis.

Setiap penulis dapat menciptakan proses kreatifnya sendiri. Tidak ada acuan yang mutlak untuk melakukan proses kreatif dalam menulis. Proses kreatif bersifat subjektif bagi setiap penulis. 

Namun penting diketahui, proses kreatif sangat menentukan menarik atau tidak menariknya sebuah karya fiksi. Karya fiksi yang dinilai baik dan diapresiasi berbeda oleh pembaca sangat dipengaruhi oleh proses kreatifyang ditempuh penulisnya.

Proses kreatif seperti orang yang berpikir "di luar kotak", selalu menemukan sesuatu yang tak dipikirkan orang lain, kalau menulis pun akan berbeda dengan orang kebanyakan, dan biasanya orang yang berpikir "di luar kotak" berani menyajikan hal-hal yang menurut banyak orang tidak lazim, sedikit abnormal.

Maka untuk bisa menulis kreatif dengan baik, maka proses kreatif menjadi penting. Karena hakikatnya, karya fiksi yang kreatif tidak hanya didukung oleh proses kreatif yang baik tapi diiringi dengan latihan dan kemauan untuk menjadi nyata, bukan angan-angan.... Salam Menulis Kreatif #TGS #MenulisKreatif #Unindra

dokpri
dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun