1. Â Â Merasakan, fase untuk memperoleh sentuhan emosional yang bersifat pribadi. Â
2. Â Â Menghayati, fase untuk mendalami atau menyatukan hati agar larut dalam suasana yang diciptakan.
3. Â Â Mengkhayalkan, fase untuk memunculkan kembali apa yang telah dirasakan dan dihayati ke dalam bentuk khayalan.
4. Â Â Mengelaborasikan, fase untuk menjelaskan keadaan dengan muatan estetika dan curahan-curahan hati agar dapat memberikan nilai dan kesan yang estetis.
Setiap penulis dapat menciptakan proses kreatifnya sendiri. Tidak ada acuan yang mutlak untuk melakukan proses kreatif dalam menulis. Proses kreatif bersifat subjektif bagi setiap penulis.Â
Namun penting diketahui, proses kreatif sangat menentukan menarik atau tidak menariknya sebuah karya fiksi. Karya fiksi yang dinilai baik dan diapresiasi berbeda oleh pembaca sangat dipengaruhi oleh proses kreatifyang ditempuh penulisnya.
Proses kreatif seperti orang yang berpikir "di luar kotak", selalu menemukan sesuatu yang tak dipikirkan orang lain, kalau menulis pun akan berbeda dengan orang kebanyakan, dan biasanya orang yang berpikir "di luar kotak" berani menyajikan hal-hal yang menurut banyak orang tidak lazim, sedikit abnormal.
Maka untuk bisa menulis kreatif dengan baik, maka proses kreatif menjadi penting. Karena hakikatnya, karya fiksi yang kreatif tidak hanya didukung oleh proses kreatif yang baik tapi diiringi dengan latihan dan kemauan untuk menjadi nyata, bukan angan-angan.... Salam Menulis Kreatif #TGS #MenulisKreatif #Unindra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H