Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kisah Kaum Penikmat Kopi

6 April 2019   08:00 Diperbarui: 6 April 2019   08:08 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi sebagian orang, apalagi saya. Kopi itu candu. Tiada hari tanpa ngopi. Gak lengkap hari ini bila belum ngopi. Maka ngopilah dulu...

Secangkir kopi itu bukan soal harganya. Tapi maknanya yang luar biasa. Aroma khas kopi saja begitu menenangkan. Apalagi meneguknya, menjadikan semuanya kembali rileks. Tidak ada soal hidup yang boleh bikin terbelenggu. Mereka yang galau, gelisah bahkan resah jelang pilpres. Bisa jadi, mereka bukan kaum penikmat kopi.

Pada secangkir kopi selalu ada pelajaran hidup. Bisa manis, bisa pahit. Seperti kopi, hidup itu tidak selalu manis. Kadang pun pahit. Hebatnya secangkir kopi; kita selalu bisa melewati semua keadaan. Hingga tercipta kenikmatan yang tidak terhingga.

Kaum penikmat kopi sadar betul. 

Bahwa kopi, punya kelebihan tanpa perlu dibicarakan. Kopi juga punya kekurangan, tanpa perlu diperdebatkan. Sangat manusiawi, bila ada kelebihan pasti ada kekurangan. Kalo punya plus pasti punya minus. Jadi, rileks saja dan nikmatilah secangkir kopi.

Rileks seperti kaum penikmat kopi.

Karena saat pesan kopi di warung. Pelayannya mau jutek atau galak, penikmat kopi rikeks saja. Bila pelayannya santun dan menyenangkan pun gak masalah. Gak perlu gelisah, gak perlu ada tendensi apapun.

Begitu pula harusnya dunia politik.

Jelang pilpres rileks saja. Gak usah terpengaruh. Gak usah ikut membenci, apalagi mencaci-maki. Cukup tentukan sikap, tentukan pilihan saatnya nanti. Gak usah berisik, apalagi koar-koar yang gak perlu

Kaum penikmat kopi sudah tahu. Bahwa di dunia ini, hanya ada 2 tipe manusia:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun