Berbekal buku "Kompetensi Menulis Kreatif" karya Syarifudin Yunus, terbitan Ghalia Indonesia, mahasiswa dipacu untuk mampu menulis dengan cara yang beda, menulis yang tidak biasa. Karena menulis kreatif yang paling baik adalah menuliskan setiap ide dan gagasan yang bergumul dalam pikiran dengan balutan estetika yang orisinal dari penulisnya.
Karena itu, upaya mengintensifkan perkuliahan berbasis kompetensi menulis kreatif menjadi penting dilakukan. Karena di era milenial ini, mahasiswa dituntut harus lebih banyak menulis, lebih mau dan mampu mengekspresikan perasaannya dalam tulisan kreatif.
Syarifudin Yunus menambahkan, menulis harus jadi kompetensi mahasiswa. Agar mahasiswa terbiasa dan berperilaku nyata dalam menuangkan ide atau gagasan secara tertulis. Menulis kreatif sebagai mata kuliah gagal karena banyak orang yang belajar menulis tapi tidak mau menulis. Sehingga,bahasa yang dimiliki tidak terlatih bahkan tidak mengalir.
Maka sebagai solusi, mahasiswa Unindra peserta mata kuliah Menulis Kreatif pun akan praktik menulis. Belajar sambal menulis secara langsung. Dan akhirnya diterbitkan ke dalam buku kumpulan cerpen karya mahasiswa bersama-sama. Tujuannya sederhana, agar mahasiswa berperilaku nyata dalam menulis kreatif, menulis untuk sastra. Bila itu terjadi, maka di situlah mahasiswa bisa disebut kompeten dalam menulis kreatif.
Mahasiswa Unindra menyadari, tatap muka di kelas adalah sinergi pembelajaran dan perilaku dalam menulis. Maka menulis tidak cukup hanya dipelajari. Tapi harus dilakukan. Menulis itu perilaku bukan pelajaran. Pada saat yang sama, mahasiswa pun berlatih untuk menjadi diri sendiri karena setiap ide dan gagasan yang dimilikinya mampu dituliskannya.... Salam Menulis Kreatif #TGS #MenulisKreatif #MahasiswaUnindra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H