Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dosen Unindra Kelola Taman Bacaan Berkonsep Edutainment

30 Maret 2019   07:49 Diperbarui: 30 Maret 2019   08:22 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dosen Unindra Kelola Taman Bacaan Berkonsep Edutainment

Tidak mudah, upaya membangun tradisi baca di kalangan anak-anak. Maka diperlukan cara beda untuk mengelola taman bacaan. Karena seperti kata banyak orang, membaca seringkali dianggap membosankan.

Berangkat dari asumsi itulah, Syarifudin Yunus, dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) mengembangkan tata kelola taman bacaan masyarakat (TBM) berkonsep Edutainment, sebauh cara beda mengelola taman bacaan yang memadukan prinsip edukasi dan entertainment. Sebut saja "TBM Edutainment".

Sejak didirikannya tahun 2017 lalu, TBM Lentera Pustaka yang terletak di Kp. Warung Loa Desa Sukaluyu Kec. Tamansari Kab. Bogor, tepatnya di Kaki Gn. Salak Bogor kini selalu ramai dikunjungi tidak kurang dari 60-an anak-anak usia sekolah sebagai pembaca aktif pada tiap Rabu, Jumat, dan Minggu.

TBM Edutainment, menurut Syarifudin Yunus, dilakukan untuk mempertahankan eksistensi Taman Baca Masyarakat. Maka perlu ada cara yang kreatif dan inovatif dalam mengelola taman bacaan. Agar anak-anak tidak cepat bosan saat membaca. 

Karena taman bacaan, di banyak tempat, seringkali dianggap "mati suri" alias "ada tapi tiada". Karena animo anak-anak untuk membaca relatif rendah atau kurang mendapat respon positif dari masyarakat sekitar.

Cara mengelola TBM Lentera Pustaka diilhami dari Taman Siswa Ki Hadjar Dewantara. Taman bacaan harus mampu menjadi tempat yang nyaman untuk siswa, di samping menjadi sarana menanamkan akhlak yang baik untuk anak. 

"TBM Lentera Pustaka, saya kembangkan taman bacaan sebagai ruang dialog antara murid dan guru. Maka, dibutuhkan kecakapan guru untuk membuat suasana nyaman dan menarik saat membaca. Guru tak perlu pintar, yang penting bisa membuat suasana nyaman," kata Syarifudin Yunus, alumni Pendidikan Bahasa Indonesia FBS UNJ sekaligus Wasekjen IKA UNJ.

Apa itu taman bacaan berkonsep edutainment?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun