Dalam kesempatan ini, IKA BINDO UNJ menilai akibat pilpres kualitas kesantunan berbahasa masyarakat menurun drastic. Terlalu mudah berkata-kata negatif atau berujar kebencian. Apalagi di media sosial, ujaran dan tuturan berbahasa kian provokatif dan sudah salah kaprah, bahkan cenderung menyesatkan. Bahasa telah dijadikan ekspresi kebencian yang berlebihan. Maka kini saatnya, masyarakat pemakai bahasa harus lebih peduli dan berhati-hati dalam berbahasa.
"Apalagi di musim politik begini, kesantunan bahasa harus jadi prioritas. Â Gunakanlah bahasa Indonesia yang merekatkankan, bukan menjauhkan. Bahasa sarkasme atau ujaran kebencian sama sekali bukan budaya kita," kata Syarifudin Yunus lagi.
Gunakanlah bahasa Indonesia yang santun dan bermartabat. Agar tetap terpelihara eksistensi bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa, di samping menjadi bahasa persatuan di tengah keberagaman dan perbedaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H