Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

6 dari 10 Pekerja Prihatin atas Skema Pensiun dari Kantornya

22 Februari 2019   22:08 Diperbarui: 22 Februari 2019   22:54 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahukah kalian pekerja?

Ternyata mayoritas pekerja, mencapai 60%, tetap merasa prihatin tentang apakah skema pensiun perusahaan mereka akan dapat membayar secara penuh? 6 dari 10 pekerja prihatin terhadap skema pensiun dari kantornya. Keprihatinan ini bukan tanpa alasan. Karena banyak orang kerja saat ini yang belum mempersiapkan masa pensiun. 

Banyak pula pemberi kerja yang tidak menyediakan program pensiun bagi pekerjanya. Nanti bila sudah dekat waktu pensiun, baru terkaget-kaget. Bahwa mereka tidak memiliki kecukupan dana untuk membiayai diri sendiri di masa pensiun.

Berdasarkan riset HSBC bertajuk The Future of Retirement; Shifting Sands (2017), hanya 3 dari 10 orang bekerja yang berpikir mereka akan merasa nyaman secara finansial saat pensiun. Itu artinya, 70% pensiuan akan mengalami masalah keuangan. Sikap pesimistis pekerja akan masa pensiun kian menguat. Karena 44% pekerja pun yakin bahwa apapun rencana pensiun mereka tidak akan berlaku pada saat mereka benar-benar pensiun. Maka hasilnya, 60% orang usia kerja akan terus bekerja sekalipun seharusnya sudah pensiun. Kondisi itulah yang menjadi sebab "kondisi masa pensiun pekerja" kian sulit diprediksi.

Di Indonesia. Memang akan ada era bonus demografi di mana jumlah pekerja akan lebih banyak dibandingkan yang tidak bekerja di tahun 2030-an. Tapi di sisi lain, tahun 2035 diperkirakan kaum usia lanjut atau pensiunan akan mencapai 48 juta orang, sekitar 20 tahun lagi dari sekarang. Lalu, mampukah para pensiunan tersebut untuk memenuhi biaya hidup di masa pensiun? Bagaimana gaya hidup mereka setelah tidak bekerja lagi? Sungguh, makin sulit diprediksi.

Masa pensiun pekerja kian menakutkan. Karena masalah kesehatan pun disinyalir sebagai "ketakutan besar" di masa pensiun. Alhasil, 80% pekerja yakin bahwa pensiunan harus membelanjakan lebih banyak uangnya untuk biaya kesehatan di masa pensiun. Bahkan 25% orang kerja sangat khawatir akan mampu atau tidaknya membiayai masalah kesehatannya sendiri.

Merencanakan masa pensiun memang tidak mudah. 

Statistik beberapa korporasi menyebutkan. Bahwa pekerja yang pensiun lebih awal, misalnya usia 55, cenderung menikmati pensiun mereka rata-rata selama lebih dari 25 tahun setelah pensiun. Logikanya sederhana, pekerja yang pensiun lebih awal tidak stress lagi dan mampu mengelola hidup mereka lebih baik. Sehingga mampu menikmati masa pensiun dengan nyaman.

Namun sebaliknya, pekerja yang ingin terus bekerja hingga 65 tahun ternyata kerap dirongrong masalah kesehatan. Mungkin, akibat terlalu banyak tekanan pada tubuh dan pikiran mereka yang sudah tua. Apalagi ditambah stres, sehingga kesehatan menjadi isu yang menhantui mereka. Hingga ada dugaan, 2 tahun setelah berhenti bekerja di usia 65 tahun, masalah kesehatan pun meningkat dan berisiko merenggut nyawanya.

Maka dapat disimpulkan, pekerja yang sejak dini mempersiapkan masa pensiunnya dapat hidup lebih nyaman di masa pensiun. Karena di masa pensiun, mereka bebas secara finansial. Tidak mengalami masalah keuangan. Sehingga dapat menikmati pensiun yang lebih lama, lebih bahagia dan lebih santai hingga usia 80-nan lebih. Tentu, untuk ibadah dong ya.

Jadi, apa yang harus dilakukan pekerja zaman now?

Tidak ada yang lain, selain mulailah mempersiapkan masa pensiun dengan mengikuti program pensiun. Bukan melulu jiwa konsumtif apalagi gaya hidup. Caranya dengan menyisihkan sebagian gaji atau penghasilan setiap bulan untuk program pensiun. Karena melalui program pensiun, setiap pekerja dapat meraih masa pensiun yang sejahtera, yang lebih nyaman.

Untuk menjadi peserta program pensiun, dapat dilakukan melalui program DPLK (Dana Pensun Lembaga Keuangan). DPLK pada dasarnya dapat menjadi "jalan keluar" atas ketakutan pekerja akan masa pensiun. 

Melalui program DPLK, dipastikan dapat menikmati masa pensiun dengan bahagia. Karena tersedianya dana pensiun yang cukup dan memadai sebagai akumulasi dari iuran yang disetor ditmabh hasil investasi dalam kurun waktu yang panjang. Maka DPLK lebih cepat lebih baik, lebih muda usia lebh optimal hasilnya.

 Ketahuilah, siapapun pekerjanya. Cepat atau lambat, masa pensiun pasti tiba. Masalahnya, sekarang, sudah siapkah kita pensiun bila sewaktu-waktu menghampiri kita. Atas sebab apapun, dalam kondisi bagaimana pun? Pensiun itu bukan gimana nanti. Tapi nanti gimana... #LiterasiPensiun #EdukasiPensiun #YukSiapkanPensiun #SadarPENSIUN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun