Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 49 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

75 Persen Pensiunan Indonesia Berharap Bantuan Anak, Tapi Faktanya?

22 Februari 2019   07:56 Diperbarui: 24 Februari 2019   15:11 1382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertanyaannya, dari mana dana yang tersedia untuk membiayai kebutuhan dan gaya hidup di masa pensiunnya?

Sementara di sisi lain, setidaknya seorang pensiunan di Indonesia dianggap dapat hidup layak di masa pensiun bila memiliki dana 70%-80% dari gaji terakhir.

Artinya, pekerja ber-gaji terakhir 10 juta sebelum pensiun maka membutuhkan dana Rp. 7-8 juta per bulan pada masa pensiun. Agar tetap dapat memenuhi kebutuhan hidup, di samping mempertahankan gaya hidupnya. Itulah yang disebut tingkat penghasilan pensiun (TPP).

Maka penting hari ini, tiap pekerja harus mempersiapkan masa pensiunnya sendiri.

Karena tidak ada masa pensiun sejahtera yang gratis. Sejahtera atau tidaknya pekerja di masa pensiun harus dipersiapkan sejak dini.

Karena di masa pensiun, pekerjaan sudah tidak ada sementara kebutuhan hidup akan tetap ada. Masa pensiun tidak akan jadi masalah, bila ketersediaan dana di saat pensiun mencukupi.

 Tapi sayangnya, masih banyak pekerja yang tidak peduli akan masa pensiun. Tidak mau menyisihkan sebagian penghasilan untuk masa pensiun.

Belum lagi soal budaya dan kebiasaan pekerja saat ini yang tidak terkontrol, seperti: 1) mudah terbuai gaya hidup sehingga sering "lebih besar pasak daripada tiang", 2) terlilit hutang konsumtif, dan 3) tidak peduli pada masa pensiun. 

Lalu, apa solusinya agar masa pensiun tidak bergantung kepada anak?

Sederhana, mulailah untuk mempersiapkan masa pensiun. Dengan menyisihkan sebagian gaji atau penghasilan setiap bulan untuk program pensiun.

Karena melalui program pensiun, setiap pekerja dapat meraih masa pensiun yang sejahtera. Dengan menyetor iuran setiap bulan dan diinvestasikan secara optimal, maka akumulasi dana yang terkumpul dapat memenuhi kebutuhan dan gaya hidup di masa pensiun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun