Gara-gara Pilpres, banyak yang sakit "demam".
Suhu badan-nya di atas 37oC, tiap hari "meradang". Antibodi-nya udah mulai drop. Jadi makin demam, akibat orang yang gak disuka makin moncer. Gara-gara Pilpres, banyak orang sakit "demam". Semoga saja, gak sampai "sawan" dan segera sembuh.
Saking "demam"-nya, seorang kawan sampai masuk rumah sakit.
Panasnya gak turun-turun. Matanya mendelik terus. Di-kompres juga gak ampuh. Maklum lagi demam. Lha, gimana gak demam? Dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi, demam-nya gak hilang-hilang. Demam-nya terlalu akut, terpaksa harus diwarat, kata dokter.
"Kenapa harus dirawat Dok..?" tanya kawan yang sakit demam.
Dengan santai, sang dokter, "Iya karena virus cacian, hujatan, dan fitnah-nya sudah kronis. Tiap hari kayaknya ya? Kurangin dong kalo mau sehat"
Memang, kalau lagi sakit "demam" agak susah.
Udah tahu ngantuk, bukannya tidur malah melek terus. Ngintipin medsos orang. Demam pilpres, sakitnya gak sembuh-sembuh. Bawaannya nyolot sama orang yang gak disuka, benci sama capres orang lain. Penyakit "demam" pilpres, memang musiman. Tapi bahaya, karena udah kronis.
Namanya juga lagi sakit. Demam pilpres.
Mau diapain lagi. Tiap hari meriang, meradang kalau orang yang gak disukai makin berkibar. Senjatanya, apalagi kalau bukan menjelek-jelekkan, membenci atau menebar hoaks.
Ya udah, mau diapain lagi. Namanya juga lagi sakit "demam" pilpres.
Wajar kalau agak temperamen, emosional. Â Bernafsu untuk bela mati-matian capres-nya. Walau kadang, kehilangan hati nurani dan moral sedikit.
Waktu sehat lupa apa-apa yang sudah baik. Giliran pas sakit "demam" semua orang di salah-salahin. Makulum, lagi demam.
Berdoa saja, agar sakit "demam" bisa segera hilang. Sembuh dari sakitnya.
Terus merenung sejenak. Untuk apa sih kita membela sampai mati-matian? Lalu buat apa pula, teriak-teriak dan berceloteh untuk mengumbar salah atau kurangnya orang lain. Jikapun benci atau tidak suka, kenapa harus sampai kronis?
Doa juga buat yang masih sehat. Agar gak ketularan d"demam" pilpres.
Tinggal milih doang apa susahnya. Bua tapa mempengaruhi atau merasa dipengaruhi. Setiap orang punya "sikap" sendiri kok. Dasarnya ya, akal sehat dan hati nurani. Dan setiap pilihan, pasti ada kurang dan lebihnya.
Jadi buat apa sampai "demam"?
Toh, siapapun yang terpilih sudah saya pastikan. Mereka dan bahkan Anda tidak akan pernah "mempengaruhi" kehidupan saya. DUNIA sama sekali tidak boleh menjadi JUARA atas hidup saya. Saya hanya mau meraih "kemenangan" akhirat...
Maka biarkan kita MEMILIH dengan penuh cinta untuk kebaikan di masa depan. Selamat Memilih tanpa harus demam !! #Pilpres2019