Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Ibu Buta Huruf di Badai Politik

19 Januari 2019   09:14 Diperbarui: 19 Januari 2019   12:05 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bu ibu, tahu gak?
Pekerjaan paling gampang itu ngomongin orang sambil merendahkannya. Tapi sedikit orang yang sudi "meninggikan" orang yang memang punya kelemahan. Hari ini, banyak orang menuntut sempurna di mata mereka. Tapi dia sendiri, melupakan kekurangannya.

Seperti politik. Mudah mengintip dan mencari kelemahan lawan. Tapi sulit menemukan kekuamrangnya sendiri.

Atas nama kebebasan berpendapat, kita menyangka boleh ngapain aja. Tapi di saat yang sama, kita lupa untuk menghormati martabat orang lain. Ibu harus ingat, cacian itu beda sama kritikan.

Ibu fokus aja belajar; baca dan tulis. Gak usah ikut-ikut urusan politik ya. Karena orang politik itu bisanya "cari kesalahan lawan". Tapi gagal "memperbaiki lemahnya pilihan".
Kadang kita suka lupa bu.Politik itu cuma sesaat, cuma jangka pendek. Kalo mereka udah berkuasa, kita juga tetap gak bisa ngapa-ngapain.

Jadi bu, jangan mengubah "surga" jadi "neraka" cuma karena kepentingan sesaat. Jangan rusak kebaikan yang susah payah dibangun. Hanya dengan kejelekan yang terlalu mudah dilontarkan ...

Ini hanya kisah perjuangan ibu-ibu yang masih dilanda "buta huruf" di tengah era digital, era supermodern. Mereka hanya bisa berjuang agar bebas dari buta huruf. Bukan berjuang untuk meraih kekuasaan, apalagi atas dasar keserakahan dan ketamakan. 

GErakan BERantas BUta aksaRA (GEBER BURA), sebuah gerakan sosial dan aksi nyata dalam membebaskan buta huruf di kalangan ibu-ibu dan warga di Kaki Gunung Salak Bogor. Kisah ibu buta guruf di tengah badai politik dunia maya.

Yuk bu, kita belajar lagi. B-a = Ba, c-a = ca. Baca ... Mari "baca" pakai hati bukan pakai emosi.

Lebih baik buta politik daripada buta huruf... #GeberBura #TBMLenteraPustaka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun