Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Raisa dan ITB Imbau Donasikan Buku Bacaan

13 Januari 2019   08:03 Diperbarui: 13 Januari 2019   08:31 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa Kata Raisa dan ITB tentang Donasi Buku Bacaan ?

Bila ada cara sederhana memberdayakan anak-anak kita adalah mendonasikan buku bacaan. Karena donasi buku bacaan, setidaknya dapat menyelamatkan masa depan anak-anak para generasi penerus bangsa. Apalagi bagi anak-anak yang selama ini sulit mendapatkan akses buku bacaan. Sungguh tidak bisa dibantah, buku adalah jendela pengetahuan.

Sementara di luar sana, kita selalu berteriak akan pentingnya budaya literasi. Sebuah budaya baca dan tulis yang patut ditanamkan ke dalam diri anak-anak kita.  Di tengah gempuran era ditigal, era gadget yang kian menjauhkan anak-anak dari buku dan bacaan. 

Kita sadar, budaya literasi dalam bentuk kebiasaan membaca dan menulis sama sekali tidak akan bisa berjalan hanya sebatas "gerakan nasional". Harus ada perilaku nyata dalam membantu dan mendonasikan buku-buku bacaan. Karena niat baik tidak berguna tanpa diikuti aksi nyata.

Donasi buku bacaan, itulah yang dilakukan artis keren pelantun "Terjebak Nostalgia", Raisa. Tiap kali ulang tahunnya, ia selalu mendonasikan buku bahkan mengajak rekan-rekannya untuk ikut menyumbang buku bacaan dan disalurkan ke taman bacaan.

"Aku udah beberapa kali ikut donasi buku. Aku sangat mendukung kegiatan yang dilakukan untuk membangun kebiasaan baca anak-anak. Apalagi di daerah yang selama ini anak-anaknya sulit mendapat akses bacaan" ujar Raisa di Jakarta beberapa waktu lalu.

Raisa menyadari, pentingnya membaca buku dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Termasuk dalam membangun budaya literasi, budaya yang dekat dengan buku bacaan di tenagh era digital yang sulit dikontrol seperti sekarang. "Buku itu selain penting buat pendidikan, juga bisa buat ajang rekreasi. 

Anak-anak memang senang main, tapi coba bermain dengan buku. Kadang mereka enggak tahu harus mainan apa. Jadi, kenapa mereka gak main di taman bacaan? Karena hanya elalui buku, kita bisa sejenak terdiam lalu berpikir dan mengembangkan kreativitas" jelas Raisa lagi.

Ketahuilah, sekalipun kita ada di era digital era revolusi industri. Buku dan bacaan tidak akan pernah kehilangan pamor. Karena perilaku membaca pasti dan harus dihadapi tiap manusia secerdas apapun. 

Dan hebatnya, tiap menit pengetahuan yang terkandung bahkan romantisme membolak-balik halaman buku selalu mengundang rindu. Karena itu, masyarakat pun hars ikut serta dalam gerakan donasi buku untuk anak-anak.

Katanya, minat baca anak-anak Indonesia rendah. Katanya tidak membaca buku berarti minim pengetahuan maupun daya kritis. Katanya lagi buku pun bisa jadi jembatan awal meraih cita-cita.Itu tanda, bahwa kita perlu ikut serta dan turun tangan dalam mendonasikan buku untuk anak-anak kita.

Berangkat dari pentingnya membangun tradisi baca dan budaya literasi, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di Kaki Gunung Salak Bogor mengajak masyarakat untuk ikut serta dalam "gerakan donasi buku bacaan". Agar anak-anak Indonesia tetap dekat dengan budaya membaca. 

Karena hanya dengan membaca buku, martabat dan derajat hidup anak-anak akan bisa lebih baik. Bahkan di tengah era berita bohong atau hoaks, cara antisipasi yang paling sederhana adalah dengan "membaca buku".

"Tradisi baca anak-anak dan gerakan literasi nasional tidak bisa lagi hanya di atas kertas. Kita harus mau dan berani aktif mendonasikan buku. Gerakan menyumbang buku penting hari ini. Bagaimana mau minat baca anak-anak Indonesia tinggi, jika ternyata akses bacaan anak-anak masih rendah, persediaan buku sangat minim. 

Saatnya kita bersatu padu berdonasi buku saat ulang tahun saat kumpul dengan teman-teman" ujar Syarifudin Yunus, Kepala Program TBM Lentera Pustaka di Kaki Gunung Salak Bogor hari ini.

Membangun tardisi baca dan budaya literasi memang bukan semudah membalikkan telapak tangan. Membaca adalah kebiasaan yang harus dipupuk terus menerus. Tapi di sisi lain, kebiasaan membaca pun perlu ditunjang dengan keberadaan buku. 

Oleh karena itu, doansi buku dari para donator dan masyarakat sangat diperlukan demi tegaknya budaya baca anak-anak di era supermodern ini. "Buku bacaan itu masih jadi barang mewah bagi anak-anak yang sulit mendapat akses bacaan. Maka siapa yang harus peduli akan hal ini?" tambah Syarifudin Yunus.

Pentingnya tardisi baca dan budaya literasi pun didukung penuh oleh Institut Teknologi Bandung (ITB). Karena itu ITB sangat mendukung gerakan literasi dan peningkatan budaya baca masyarakat melalui aksi donasi buku layak baca untuk taman-taman bacaan di tanah air. 

Sebagai langkah nyata, ITB pun selalu menggelar aksi donasi buku layak baca dengan menempatkan satu kotak bertuliskan "Book Drop Donation Box", sambil menuliskan bahwa buku-buku yang diterima adalah buku anak, buku ajar ilmiah, serta fiksi dan nonfiksi.

"Aksi book drop donation ini terinspirasi oleh pengalaman Universitas Negeri Arizona (ASU), Amerika Serikat. Buku-buku hasil sumbangan warga lewat kotak ini akan disumbangkan ke taman-taman bacaan yang memerlukan," kata UPT Perpustakaan ITB.

dokpri
dokpri

Berangkat dari pentingnya membangun gerakan donasi buku bacaan, TBM Lentera Pustaka mengajak masyarakat, kalangan professional dan swasta serta komunitas-komunitas hobby untuk ikut aktif dalam gerakan donasi buku untuk disalurkan teman-taman bacaan atau daerah pelosok yang selama ini kesulitan akses buku bacaan. 

Dengan mengusung #BacaBukanMaen, TBM Lentera Pustaka sebagai taman bacaan masyarakat yang terletak di Desa Sukaluyu Kec. Tamansari Kab Bogor kini telah memiliki 60 anak pembaca aktif yang terbiasa membaca 5-8 buku per minggu. Dengan jam baca 3 kali seminggu, tradisi baca anak-anak TBM Lentera Pustaka patut diacungi jempol. Karena sebelum ada taman bacaan, anak-anak sama sekali tidak pernah mendapat akses buku bacaan.

"Alhamdulillah, tradisi baca anak-anak di kampung ini semakin meningkat. Mereka mampu membaca 5-8 buku per minggu. Maka donasi buku sangat diperlukan agar mereka bisa terus membaca dengan bacaan yang bervariasi" ujar Syarifudin Yunus, yang seharihari berprofesi sebagai Dosen Universitas Indraprasta PGRI dan tengah menempuh studi S3 Manajemen Pendidikan di Pascasarjana Universitas Pakuan Bogor.

Saat ini TBM Lentera Pustaka memiliki koleksi 3.000 buku yang berasal dari para donator dan relawan. Untuk menarik animo anak-anak agar gemar membaca, TBM Lentera Pustaka selalu mengadaan event bulanan dengan cara menghadirkan "tamu dari luar" untuk berbagi ilmu dan keterampilan kepada anak-anak sebagai wujud kepedulian sosial. 

Saat ini TBM Lentera Pustaka pun memiliki program budaya literasi lainnya, seperti: GErakan BERanatas BUta aksaRA (GEBER BURA) sebagai upaya pemberantasan buta huruf kaum ibu dan bapak, Wisata Literasi Lentera Pustaka sebuah alternative wisata edukatif berbasis bacaan dengan menyusuri sungdai dan kebun, dan Zoan Baca 1.000 tanaman polybag.

"TBM Lentera Pustaka sangat berkomitmen dalam menegakkan tradisi baca anak-anak. Targetnya sederhana, agar dengan membaca tidak ada lagi anak-anak yang putus sekolah. Karena di sini, 81% penduduknya hanya sebatas SD dan 9% SMP. Maka melalui buku dan bacaan, diharapkan semangat belajar dan sekolah anak-anak tetap terjaga hingga tercapai ketuntasan belajar hingga jenjang SMA" tambah Syarifudin Yunus.

TBM Lentera Pustaka ingin memberikan akses yang luas kepada anak-anak untuk membaca. Bukan hanya main. Karena tanpa baca, anak-anak akan merana. Tidak adanya bacaan atau buku, sungguh hanya akan melanggengkan kebodohan dan kemiskinan. Maka dari spirit inilah, TBM LENTERA PUSTAKA mengajak masyarakat dan berbagai pihak yang mampu untuk bergabung dan ikut serta berpartisipasi dalam "pengadaan buku bacaan" dan menjadi relawan di TBM Lentera Pustaka.

Buku lama Anda adalah buku baru bagi mereka yang belum membacanya. Sungguh, ada banyak cara sederhana untuk meluaskan dunia anak-anak kita, salah satunya donasikan buku Anda.

Setiap buku lama atau layak baca pasti dapat "mencerahkan" dan "menerangkan jalan" bagi ratusan anak-anak di manapu berada. Jangan buang buku yang sudah Anda baca. Donasikanlah untuk anak-anak kita... Agar mereka tetap membaca #TBMLenteraPustaka #BacaBukanMaen #BudayaLiterasi #BacaBuku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun