Lupa bersyukur, atau gak perlu yang ada disyukuri. Di mata kaum pesilat lidah, bangunan kokoh yang bertengger puluhan tahun pun dengan mudahnya diruntuhkan dalam sekejap. Bakal punah, bakal selesai katanya. Itu semua hanya karena logika silat lidah yang mumpuni. Jadi, hati-hatilah dalam bersilat lidah.
Kita sering lupa.
Lidah itu adalah organ tubuh manusia yang paling tidak patuh oada pemiliknya. Makanya, disuruh berhati-hati terhadap lidah.
Sungguh, silat lidah itu bak perdebatan yang menyesatkan hati dan mempusakai kedengkian, begitu kata Malik bin Anas. Maka pantad, hampir semua orang yang pandai bersilat lidah itu pasti berakhir pada kebencian.
Hati-hatilah terhadap silat lidah. Karena sekarang lagi musimnya. Andai kita tahu, "sedikit sekali lidah itu berlaku adil kepada siapapun, baik dalam menyebarkan keburukan maupun kebaikan".
Silat lidah itu tak lebih dari kemasan bukan gagasan. Tak lebih dari mimpi bukan implementasi.
Kalau lagi musim silat lidah, kadang kita kangen pada kata indah Ali bin Abi Thalib "lidah orang yang berakal itu ada di belakang hatinya; sedangkan hati orang bodoh berada di belakang lidahnya". Layak jadi renungan ... salam silat lidah #TGS #PolitikSilatLidah
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI