Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

TBM Lentera Pustaka Canangkan Berantas Buta Huruf

9 Desember 2018   18:10 Diperbarui: 9 Desember 2018   18:20 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gerakan Berantas Buta Huruf Dicanangkan TBM Lentera Pustaka

Minggu siang 9 Desember 2018, GErakan BERantas BUta aksaRA (GEBERBURA) dicanangkan TBM Lentera Pustaka. Kelas perdana program pemberantasan buta huruf ini diikuti 5 orang ibu-ibu yang tidak bisa baca dan tulis di RK 12 Kp. Warung Loa Desa Sukaluyu Kec. Tamansari Kab. Bogor. 

Adalah fakta, masih banyak warga, baik bapak amaupun ibu di wilayah ini yang masih tidak bisa membaca, bahkan tidak mengenal huruf sekalipun. Kondisi ini harus disikapi dengan program nyata dalam memberantas buta huruf. Agar jangan ada lagi warga yang masih tidak bisa baca di zaman nilenial yang katanya supermodern ini.

"Hati saya terpanggil untuk sediakan waktu dan mengajari para ibu dan bapak yang tidak bisa baca. Sedih, bila di zaman ini masih ada yang tidak bisa baca. Metode SOFTEN saya terapkan di sini. Insya Allha dalam 6 bulan mereka sudah bisa baca semua, bismillah" ujar Syarifudin Yunus, pencetus GEBERBURA yang sekaligus Kepala Program TBM Lentera Pustaka di Kaki Gn. Salak Bogor.

Bertempat di TBM Lentera Pustaka, gerakan berantas buta aksara ini dilakukan seminggu 2 kali. Khusus pada hari Minggu, program baca-tulis dilakukan dengan mudah dan menyenangkan. Maklum, mengingat peserta adalah ibu dan bapak yang relatif sudah lama tidak belajar.

Pada kelas perdana, GEBERBURA mengajarkan pengenalan angka dan huruf vocal, termasuk pengucapan dan penulisannya. Memang tidak mudah, untuk mengajar orang yang berusia dewasa atau lanjut. Karena itu, bukan hanya komitemn untuk bisa memberantas buta huruf di mereka tapi butuh kesabaran dan ketekunan.

"Mereka belajar baca dengan lesehan dan penuh interaktif. Maju ke papan tulisa untuk membaca dan menuliskan kembali. Bahkan, sebagai peserta pertama dalam gerakan berantas buta huruf ini, saya memberikan hadiah beras untuk penyemangat. Semoga ibu bapak di wilayah ini, tidak malu-malu dan mau bergabung di GEBERBURA" tambah Syarifudin Yunus, yang kebetulan sebagai pendidik dan tengah menempuh S3 Manajemen Pendidikan di Pascasarjana Universitas Pakuan Bogor.

Fakta, dari peserta yang hadir. Didapati 2 masalah fundamental yaitu 1) sama sekali tidak mengenal angka dan huruf dan 2) mengenal huruf yapi tidak bisa menggabungkan ke dalam susku kata dan kata. Itulah fakta buta huruf yang terjadi di wilayah ini.

Ke depan, diharapkan warga yang tidak bisa baca dan tulis, tanpa malu-malu, mau bergabung di program pemberantasan buta huruf yang baik dan terprogram ini. Termasuk GEBERBURA pun membuka peluang relawan untuk mengajarkan para ibu dan bapak yang tidak bisa baca.

"Program pemberantasa buta huruf ini butuh sinergi semua pihak, butuh kepedulian semua orang. Targetnya sederhana, jangan ada lagi warga di sekitar kita yang buta huruf, yang tidak bisa baca. Kasihan dan ayo berdayakan mereka" tambah Syarif.

GEBERBURA diinisiasi oleh TBM Lentera Pustaka, sebauh taman bacaan masyarakat yang telah berjalan dalam setahun ini dan mampu membina 60 anak pembaca aktf yang selalu membaca 3X dalam seminggu. Kini rata-rata tiap anak mampu "melahap" 5 sampai 8 buku per minggu. Untuk mewujudkan gairah membaca di kalangan anak-anak, TBM Lentera Pustaka saat ini memiliki koleksi 3.000 buku dan dikenal sebagai taman bacaan yang kreatif dan inovatif.

Selama ini, TBM Lentera Pustaka mengkampanyekan pentingnya membaca buku sebagai aksi nyata agar TIDAK ADA LAGI ANAK PUTUS SEKOLAH. Karena selama ini, di wilayah ini 81% penduduknya hanya sebatas SD dan 9% SMP. Melalui buku dan bacaan, diharapkan "semangat belajar dan sekolah" anak-anak menjadi meningkat. Sehingga tercapai ketuntasan belajar hingga jenjang SMA.

TBM Lentera Pustaka ingin memberikan akses yang luas kepada anak-anak untuk membaca. Bukan hanya main. Karena tanpa baca, anak-anak akan merana. Tidak adanya bacaan atau buku, sungguh akan menjadi momok yang terus melanggengkan kebodohan dan kemiskinan. Kini dengan GEBERBURA, sebuah pengabdian dan pemberdayaan masyarakat menjadi tekad TBM Lentera Pustaka.

 KEPEDULIAN kita semua, itulah kata kuncinya.

Karena usia-uang-waktu-status sosial atau apapun itu hanya "angka" bagi mereka yang memperjuangkan satu sama lainnya. Tapi tanpa "pengabdian" semua itu tidak bernilai apapun. 

 BM Lentera Pustaka, berprinsip "ini bukan soal apa yang diperoleh tapi tentang apa yang diberikan lalu ditinggalkan nanti" #TBMLenteraPustaka #GeberBuRa #BacaBukanMaen #BudayaLiterasi

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun