Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tanpa Inovasi Pemasaran, Jangan Mau Beli DPLK

5 Desember 2018   00:16 Diperbarui: 5 Desember 2018   00:18 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa itu DPLK? DPLK adalah Dana Pensiun Lembaga Keuangan, program sukarela yang dapat dipilih untuk mempersiapkan masa pensiun seseorang. Tentu, agar masa pensiun lebih sejahtera ketimbang saat masih bekerja.

 Tapi sayang, pola pemasaran DPLK bolehlah disebut tidak banyak berubah. Dari dulu hingga sekarang, DPLK lebh dominan dipasarkan melalui "konsultan atau tenaga pemasar" yang menyasar korporasi alias pemberi kerja atau perusahaan. Maka wajar, tenaga pemasar DPLK lebih mengandalkan kepiawaian "door to door", dari perusahan ke perusahaan untuk menawarkan pentingnya program DPLK. Cukup efektif tapi mungkin saat ini patut ditinjau kembali, masih cocok atau tidak?

Karena faktanya, pekerja atau masyarakat Indonesia yang telah memiliki program pensiun hakikatnya tidak lebih dari 5% dari total pekerja, khususnya pekerja formal yang mencapai 50 juta pekerja. Itu belum termasuk pekerja informal yang mencapai 70 juta pekerja. Tapi di sisi lain, tidak ada yang menyangka. Bahwa program pensiun untuk siapapun pasti penting. Potensinya pun masih sangat besar. Tapi sayang, industri DPLK belum mampu tumbuh secara signifikan, baik dari segi asset yang dikelola dan kepesertaan. Mungkin, hingga tutup tahun 2018 ini diprediksi, asset kelolaan DPLK hanya menyentuh Rp. 81 trilyun dengan jumlah peserta mencapai 3,1 peserta. Aset kelolaan DPLK belum mencapai 1% dari PDB Indonesia, itu fakta.

 Banyak orang Indonesia yang tidak tahu DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan). Maka jangankan mereka membeli DPLK, memahami manfaatnya saja belum tahu. Lalu bagaimana mungkin, orang yang belum tahu manfaatnya bakal membeli DPLK? 

 Itulah pentingnya edukasi, pentingnya sosialisasi DPLK. Tahapannya sederhana, buat orang yang "tidak tahu" menjadi "tahu" lalu bergeser menjadi "paham" hingga berujung ke "yakin", setelah itu baru terjadi "pembelian".

Berangkat dari realitas itulah, terobosan dalam melakukan pemasaran DPLK harus terus dikembangkan. Tidak hanya bertumpu pada 1 pola saja. Segala strategi dan cara pemasaran yang kreatif dan inovatif harus terus dikembangkan di industri DPLK. Door to door ke perusahaan hanya satu model dari sekian banyak model. Bahkan pemasaran door to door hanya cocok bagi DPLK yang memiliki jumlah tenaga pemasar atau konsultan yang banyak. Agak sulit dilakukan bagi DPLK dengan tenaga pemasar yang jumlahnya sedikit atau kecil.

Maka tantangan ke depan, sangat diperlukan inisiasi baru dalam pemasaran DPLK, di antaranya adalah:

1. DPLK retail atau individual; cara pemasaran DPLK secara retail atau individual ini berlaku untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang sadar akan pentingnya menyiapkan program pensiun. Layanan ini memang terkesan tidak menguntungkan atau tidak memberikan benefits. Tapi bila ada individu yang sadar ingin punya program DPLK, lantas harus ke mana?

2. DPLK online; cara pemasaran DPLK berbasis teknologi internet atau aplikasi baik untuk individual atau perusahaan/grup dalam skala kecil (misal untuk 3-10 pekerja). Kemudahan akses program DPLK melalui teknologi inilah yang harus mulai dikreasi. Agar konsumen menjadi mudah untuk mendapatkan akses kepesertaan DPLK.

3. DPLK gathering atau berkumpul bersama; cara pemasaran DPLK yang dilakukan melalui event yang dibuat untuk "mengumpulkan puluhan perusahaan/pemberi kerja" di suatu tempat pada waktu tertentu. Hal ini dimaksudkan agar seluruh peserta gathering bisa memperoleh pemahaman yang sama tentang apa dan bagaimana DPLK serta manfaatnya. DPLK gathering ini terbukti efektif untuk meraih simpati konsumen karena bersifat edukatif, di samping dapat menjadi sarana bertukar-pikiran di antara peserta dalam merancang model yang paling pas sesuai kebutuhan dan kondisi perusahaan masing-masing.

Khusus untuk cara pemasaran melalui DPLK Gathering mungkin patut dicoba dan dibuat lebih semarak. Sekalipun membutuhkan biaya di depan untuk menggelar gathering, cara ini dapat memenuhi unsur proses pemasaran DPLK yang lebih komprehensif. Sehingga lebih memudahkan pemahaman perusahaan secara objektif. Bahkan dari sisi "kualifikasi prospek atau konsumen" pun lebih bisa diukur, dapat dilanjutkan atau tidak ke tahap berikutnya.

Patut diketahui, cara pemasaran DPLK melalui gathering setidaknya punya beberapa keuntungan: 1) informasi tentang DPLK dapat disampaikan secara komprehensif dan memberi tafsir yang relatif sama, 2) efisien dari segi waktu dan biaya karena perusahaan dalam jumlah banyak terkumpul dalam satu event, 3) efektif karena penjelasan sekali berlaku untuk banyak peserta atau persuahaan, 4) DPLK dapat lebih fokus kepada values atau nilai keunikan produk daripada harga atau besaran fee, 5) penyelenggara DPLK dapat "mendengar" secara langsung masukan atau harapan dari konsumen, dan 6) memberi "pengalaman nyata" kepada konsumen akan pentingnya DPLK. Karena produk DPLK mungkin semua pihak bisa memiliki tapi menciptakan pengalaman bagi konsumen pasti memberi kesan tersendiri. 

Ingat, pengalaman merupakan senjata ampuh yang bisa dipakai untuk menyatakan produk kita unggul dibandingkan prosuk-produk lainnya. Karena dengan pengalaman yang dirasakan konsumen, maka ia akan menyebarkan informasi secara sukarela dan menjadi 'marketing gratis' untuk produk kita.

Oleh karena itu, inovasi pemasaran DPLK mutlak diperlukan di era revolusi industri 4.0 saat ini. Ke depan, bisnis DPLK akan makin moncer bila didukung inovasi dalam segala hal, baik pemasaran, administrasi, dan teknologi. Apalgi di tengah persaingan bisnis yang kian ketat dan "demand" konsumen yang terus berkembang.

Era revolusi industri 4.0 sudah di depan mata. 

Maka jangan beli DPLK bila tidak paham. Mintalah penjelasan yang paling lengkap dan komprehensif, kenapa saya harus membeli DPLK? Kenapa harus punya DPLK selain JHT atau JP dari BPJS Ketenagakerjaaan? DPLK sebagai program sukarela sangat butuh penjelasan yang rinci dan bisa dipahami konsumen. Karena DPLK, sama sekali tidak cukup untuk dijual. Tapi DPLK harus bisa dipahami dan mau mengedukasi konsumennya.

Semua orang tahu, edukasi DPLK tidak bisa langsung jadi. Pemasaran DPLK tidak ada yang instan. Maka aksi nyata, untuk memasarkan dan edukasi DPLK harus dilakukan secara masif dan berkelanjutan.

Sungguh, membuat industri DPLK menjadi besar tidak mudah. Butuh proses, butuh waktu bahkan butuh biaya. Karena itu, tinggal strategi pemasaran seperti apa yang mau ditempuh. Cara konvensional atau cara yang lebih market oriented ...Teruslah ber-inovasi dalam mengembangkan pasar DPLK. Karena bila tidak, maka DPLK sekaan "jalan di tempat" .... #YukSiapkanPensiun #EdukatorPensiun #LiterasiPensiun

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun