"Anak-anak milenial di masa depan mungkin cukup belajar 6 bulan, tapi dalam waktu sesingkat itu bisa mendapatkan pekerjaan secara cepat," ungkap Eka Simanjuntak memperkirakan perubahan cepat sebagai dampak gelombang Revolusi Industri 4.0.
Nihil Perbaikan 20 Persen Anggaran
Prof.Dr. Hafidz Abbas yang mengawali presentasi mencontohkan kesuksesan Malaysia dalam memajukan pendidikan mereka.
"Malaysia sukses memperbaiki sistem pendidikannya karena bagi Malaysia education adalah persoalan hidup mati. Lalu bagimana dengan Indonesia? Pendidikan di Indonesia terus terpuruk karena tidak dianggap sebagai permasalahan hidup mati," ungkap Hafidz.
Mantan Dirjend HAM di Departeman Hukum & HAM RI 2001-2006 itu kemudian menunjukkan sejumlah indikator ketidakseriusan penanganan pendidikan di Indonesia. Sejak Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mewajibkan pemberlakuan anggaran pendidikan sebesar 20 persen APBN, banyak pihak berharap kualitas lulusan Indonesia meningkat tajam, setidaknya bila dibandingkan negara-negara Asia Tenggara.
"Dengan pemberlakuan anggaran pendidikan 20 persen dari APBN ternyata pendidikan di Indonesia masih terjelek di  dunia," ungkap Guru Besar UNJ, Hafidz Abbas.
Pernyataan Hafidz Abbas bukan tanpa dasar. Hafidz merujuk buku Bank Dunia berjudul "Spending More or Spending Better: Improving Education Financing in Indonesia (Belanja Lebih Banyak atau Belanja Lebih Baik: Memperbaiki Pembiayaan Pendidikan di Indonesia" Â Buku".
Hasil Penelitian yang diluncurkan pada 14 Maret 2013 itu meneliti dampak pemberlakuan anggaran sejak sepuluh tahun terakhir (2002 s.d. 2012).
Bank Dunia menyimpulkan, bahwa 20 persen APBN yang dibelanjakan untuk sektor pendidikan belum membuahkan capaian pendidikan yang diharapkan.
Hingga 5 tahun sejak laporan itu diterbitkan, kualitas out put pendidikan Indonesia masih belum beranjak naik. Indikator SDM Indonesia yang memprihatinkan kembali dirilis pada 2018. Ranking Indonesia dalam penilaian Programme for International Student Assesment (PISA), menempatkan kualitas SDM Indonesia di urutan 62 dari 69 negara. Dan Indonesia peringkatnya masih di bawah Vietnam_negara yang baru belakangan memberlakukan anggaran pendidikan 20 persen dari APBN. Laporan keterpurukan itu sama buruknya dengan Human Capital Index (Indeks Modal Manusia) yang dirilis World Bank pada tahun 2018. Peringkat Human Capital Indonesia dibanding negara-negara Asia Tenggara berada di urutan bontot. Â
Berdasarkan laporan tahun 2013 itu, Bank Dunia kemudian merekomendasikan agar anggaran pendidikan sebesar 20 persen dari APBN itu dibelanjakan secara tepat dan efektif untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan capaian belajar. Jadi bukan sebaliknya hanya mengeluarkan uang secara besar-besaran, tapi tidak tepat sasaran. Salah satunya tercermin dari mubazirnya rasio guru dengan siswa. "Rasio guru di Indonesia itu 1 berbanding 15 siswa, Jepang yang sukses rasio pendidikannya 1 berbanding 29, itu mendekati rasio ideal yaitu 1 berbanding 30, "terang Hafidz.