Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sibuk Celoteh Orang-orang "Zaman Now"

8 September 2018   09:24 Diperbarui: 8 September 2018   09:31 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Zaman now, makin banyak orang sibuk. Sibuk banget.

Tapi sayang, sibuknya untuk urusan yang gak penting. Kata orang, urusan remeh temeh, urusan yang kecil-kecil. Terus berbagi kekhawatiran kepada orang lain. Entah tujuannya apa? Membuat orang lain ikut khawatir, atau biar dibilang keren ....

Sibuk, untuk urusan yang kadang kita sendiri gak tahu banyak.

Semua hanya di permukaan saja. Lalu, sibuk menuding. Sebelah sana yang mulai, sebelah sini yang duluan. Emang apaan sih yang dimulai atau memulai? Sibuk banget.

Toh, menang jadi arang kalah jadi abu. Kenapa harus sibuk? Menang dibenci, kalah pun di bully. Menang dicaci, kalah pun kebiri. Lagi-lagi, sibuk urusan gak penting.

Memori "pikirannya" begitu besar tapi diisi file-file yang kecil. Anugerah "jiwanya" begitu luas tapi dirasuki pikiran yang sempit-sempit. Itulah kesibukan zaman now. Sibuk urusan yang gak penting. Bikin capek sendiri. Tapi sayang, sama sekali gak produktif.

Sibuk urusan gak penting. Ibarat komputer, mereknya canggih. Tapi memorinya dipakai untuk file-file yang gak berguan, gak penting. Kapasitasnya habis buat "simpan" hal-hal kecil yang gak penting. Setelah itu, teriak kehabisan ruang. Sehingga gak bisa lagi nampung hal-hal penting. Sibuk, ketika file penting "dikalahkan" file gak penting.

Sibuk meributkan hal yang gak penting.

Kadang kita lupa. Atau sengaja lupa. Kenapa ada orang yang merasa terganggu dengan hal-hal kecil yang sebenarnya gak akan berakibat apa-apa bila diabaikan. Dollar naik diributkan sementara makan di warteg masih enak. Asian Games keren diributkan tapi ikut nonton setiap hari.

Sibuk dan sibuk lagi. Mungkin di hari-hari ke depan pun begitu.

Berceloteh sambil "mengerdilkan" orang lain. Berkomentar sambil "menaifkan" realitas. Sungguh, itu semua terjadi karena "rasa sedih gelisah yang mengendap lebih lama daripada rasa senang gembira". Pesimisme yang sedikit tapi dibiarkan mampu "menghancurkan" optimisme yang banyak. Pikiran negatif yang lebih dominan dari positifnya. Sibuk berteriak. Bak mentalitas "korban" bukan "pelaku". Seolah, dialah yang menjadi korbannya. Mungkin begitu, kenapa gak?

Memang, sibuk gak semuanya baik. Bahkan sibuk gak baik pun kian menyeruak.

Mungkin, sebagian mereka berpikir. Bangsa ini akan hebat dan besar bila mau mengikuti pikiran dan celotehan mereka. Hebat betul mereka ...

Orang-orang sibuk. Mereka gembira bisa tiba di era milenial. Mereka pun bangga punya gaya hidup. Mereka bersyukur bangsa ini merdeka. Tapi sayang, kadang jiwa dan pikiran mereka masih terjajah... ciamikk #TGS #TBMLenteraPustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun