Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jarang Ngopi Bareng, Jenazah Susah Diajak Ngobrol

5 September 2018   11:27 Diperbarui: 5 September 2018   12:10 2296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semasa Hidup Jarang Ngopi Bareng, Jenazah Gak Bis Diajak Ngobrol. Kaget membaca judul itu di halaman depan suatu majalah. Kenapa bisa begitu? Semuanya sudah terlambat. Kalo sudah meninggal dunia, tentu nggak bisa ngopi lagi.

Ngopi bareng-lah dulu.

Nggak masalah dollar mau tembus ke berapa pun. Nggak masalah bila kita ingin ganti pemimpin. Nggak masalah beda pendapat, beda pilihan. Asal kita semua jangan lupa ngopi dulu, ngopi barenglah dulu. Agar semua tetap rileks. Karena selagi masih ada dan bisa ngopi, gak ada hal dalam hidup ini yang buruk-buruk banget. 

Ngopi bareng-lah dulu. Biar kita lebih sehat, biar kita tetap optimis menapaki hari. Bukankah semuanya semua sudah digariskan Ilahi Rabbi. Gak usah terlalu ngotot untuk berkuasa. Bila pada akhirnya kecewa. Gak usah terlalu cinta pada siapapun atau apapun. Bila nanti berakhir duka. Jangan pula terlalu benci bila akhirnya itu baik untuk kita. Jadi, ngopilah dulu.

Mau berkuasa boleh. Mau menang silakan. Memang banyak orang yang mengejarnya. Tapi kita sering lupa, kuasa dan menang itu kadang penuh dengan kebohongan. Kekuasaan itu omong kosong. Kemenangan pun kamuflase.

Tapi biarlah, mereka mau bilang apa tentang kekuasaan dan kemenangan. Sah-sah saja, dan memang itu urusan mereka.

Asal jangan, ingin "menguasai tanpa mau dikuasai". Asal jangan pengen menang tapi gak mampu terima kekalahan.

Ngopi bareng yuk.

Karena di secangkir kopi. Selalu ada rasa pahit ada manis. Seperti hidup, selalu ada di dua kutub; baik atau jelek, suka atau tidak, senang atau benci. Tapi di secangkir kopi, pahit dan manis selalu bisa "menyatu" dan nemberi kehangata. Hebatnya lagi, kopi gak bakal memabukkan.

Bila hari ini ada kejujuran. Itu pasti di kedai kopo. Karena mereka yang "ngopi bareng" selalu apa adanya, bicara yang seharusnya.

Kaum penikmat kopi gak bisa merekayasa, gak bisa berkamuflase. Biar berseberangan, ngopi bareng selalu bikin kangen kehangatan. Ketika ngopi bareng, kita gak butuh menang atau kalah. Bisa rileks, sambil nyeruput sebatang rokok itu sudah cukup.

Jadi, ngopi bareng-lah dulu.

Jangan sampai seperti di cover majalah itu. "Semasa hidup jarang ngopi bareng. Jenazahnya gak bisa diajak ngobrol". Sungguh ada benarnya. Karena kaum penikmat kopi selalu ngobrol dan terbuka bicara apa saja.

Gak usah terlalu serius. Biasa-biasa saja. 

Ngopi bareng-lah dulu. Karena ngopi, bikin hidup kita terasa lebih ringan dan menyenangkan. 

Ngopilah dulu,  maka nikmat Tuhan yang mana lagi yang kamu dustakan? Ciamikk...

#TGS #NgopiBareng 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun