Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Asian Games Membantah Sikap Nyinyir kepada Bangsa Sendiri

28 Agustus 2018   08:54 Diperbarui: 28 Agustus 2018   09:52 1156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak orang di bangsa ini, bilang "gak boleh nyinyir" dalam hal apapun. Tapi di saat yang sama, orang-orang itu pula yang setiap hari hidupnya dalam keadaan "nyinyir". Lihat saja di komen-komen mereka di media sosial. Merekalah orang-orang yang menganggap "nyinyir" sebagai penyakit. Tapi di diri mereka pula "penyakir nyinyir" gak bisa disembuhkan. Anehnya lagi, mereka berteriak, orang lain yang hidupnya nyinyir.

Jadi sangat tegas. Bila hari ini masih ada, orang-orang yang berkomentar negatif tentang Asian Games dan prestasi medali emas atlet-atlet kita di setiap perlombaan. Sudah pasti, merekalah "musuh dalam selimut" yang patut disadarkan. Sama sekali tidak realistis, dan hanya mampu bisa melihat "prestasi bangsanya" sebagai lawan, sebagai musuh.

www.juegosriojaneiro2016.com
www.juegosriojaneiro2016.com
Entah, apa yang salah?

Melihat bangsanya berprestasi di Asian Games saja masih nyinyir. Bahkan berkomentar untuk menimbulkan kegaduhan baru, penuh apriori dan menafikkan capaian bangsanya sendiri. Mereka sudah tidak objektif, makin tidak mampu membedakan prestasi dan ketidaksukaan terhadap pemimpinnya. Wajar bila perilakunya hanya dirasuki kebencian, hujatan, dan cacian. Pemimpin yang bukan pilihannya, harus selalu salah dan sama sekali tidak boleh berprestasi. Aneh.

Ketika nyinyir di atas realitas dan objektivitas. Maka sudah dapat dipastikan, mereka tidak akan pernah mengakui prestasi dan raihan bangsanya sendiri. Prinsip mereka sederhana, bangsa Indonesia tidak boleh maju di tangan orang yang bukan pilihannya. Hati mereka terlampau diselimuti rasa benci dan dendam kesumat sehingga tidak akan mampu melihat terang kebaikan.

Sudah pasti. Bahwa pembangunan di Indonesia belum meluas dan belum merata. Itulah tantangan yang harus kita hadapi bersama sebagai bangsa. Semua itu butuh waktu, butuh proses. Agak lucu saja, bila kita ingin bangsanya maju. Tapi "aura" yang didengungkan justru isu kegagalan, isu ketidakbecusan. 

Kita harus sepakat, maju tidaknya bangsa Indonesia itu bukankarena komentar kita. Tapi kerja keras dan kontribusi kita untuk memajukan bangsa ini? Apa sumbangsih kita kemaslahatan bangsa Indonesia? Kita teriak-teriak dan deklarasi sana-sini untuk "bangkit" tapi kita sendiri tidak berbuat apa-apa? Aneh lagi

Bila kita "lawan politik", maka tetaplah objektif dalam melihat realitas. Bukan menebar isu yang tidak relevan, mencari-cari kelemahan pemimpinnya. Bila kita "pendukungnya" pun bukan berarti harus membela mati-matian. 

Orang yang mendukung pun harus mengkritik dan mengoreksi agar bisa lebih baik. Tapi apapun posisinya, apapun alasannya. Bukan berarti, kita harus "kehilangan semangat" untuk tetap membangun bangsa ini, memberi prestasi dan kontribusi untuk bangsa ini.

Sungguh, Asian Games ke-18 telah menyuguhkan "tontonan" baru bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang hebat, bangsa yang kompetitif. Kita harus bangga terhadap bangsa kita sendiri. Bukan sebaliknya. Biar bagaimanapun, Asian Games di Indonesia kali ini telah menghadirkan "dialektika sejuk" narasi kebangsaaan kita yang sempat terkoyak.

Jadi, Asian Games ke-18 adalah milik kita, milik bangsa Indonesia.

Maka siapapun kita, pegiat media sosial, pendidik, politisi, orang partai atau penggila eksistensi. Mari kita tebarkan aura positif dalam melihat bangsa Indonesia. Didiklah anak-anak kita, rekan-rekan kita untuk tetap mencintai bangsa ini dengan cara sederhana. Bukan malah bikin gaduh, dan menebar prasangka buruk kepada bangsanya kepada pemimpinnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun