Dirgahayu ke-73 Republik Indonesia, I Love Indonesia.
Tolong katakan kalimat itu dengan lantang dan penuh bangga.
 Karena belakangan ini, kita terlalu sering dijejali "narasi" media sosial yang mengupas tuntas bobroknya bangsa ini, hingga menguliti lemahnya pemimpin sendiri. Kok seolah-olah, negeri ini negeri paling korupsi sejagat, pemerintahannya paling gak becus, hukumnya paling tumpul, miskinnya paling melarat. Sangat jelas itu semua salah. Karena kita hanya mampu mengulas sisi negatif bangsa sendiri. Salahnya, terletak pada pikiran kita sendiri.
Â
Sahabat merah putih yang hebat.
Cintailah bangsa ini. Jangan benci bangsa sendiri. Kadang, kita ini terlalu fokus membenci negeri sendiri. Mencerca rupa nusantara yang indah ini. Mengkritik mati pemimpin sendiri. Menghujat sana-sini. Apakah benar, bangsa ini paling-paling jelek dalam segala hal? Kita sering gak sadar, menjelekkan bangsa sendiri itu berarti menjelekkan diri kita sendiri. Bangsa ini adalah cermin diri kita sendiri. Sementara kita adalah penghuni bangsa ini. Maka, tidak akan pernah ada orang lain atau bangsa lain yang dapat kita andalkan untuk "berkata baik" tentang bangsa Indonesia.
 Sahabat merah putih, kita boleh berbeda.
Beda pilihan politik, beda idola pemimpin. Beda partai, beda koalisi dan beda-beda yang lainnya. Tapi di saat yang sama, kita harus tetap gentle untuk bilang "kita sama sebangsa, setanah air". Kita lahir, hidup, dan akan mati di bangsa yang megah lagi kaya ini. Yaitu bumi pertiwi Indonesia. Jadi cintai bangsa sendiri tanpa rasa benci ...
Â
73th Indonesia, cintai tanpa benci.
Asian Games "Energy of Asia" ada di sini. Sidang tahunan IMF-World Bank ada di Bali sebentar lagi. Pelari juara dunia yunior ada di bumi pertiwi. Bahkan orang-orang pintar di media sosial sangat melimpah di negeri ini. Kita patut bangga, patut bersyukur ada di Indonesia. Jangan bully bangsa sendiri. Ambil posisi untuk melakukan aksi yang esensi, bukan sensasi.